Chapter 35 : The truth
Dikisahkan sebelumnya, Dragon telah berhasil menyelinap masuk ke dalam
Ruang penyimpanan benda berharga di Istana Nexus, dengan memanfaatkan
keributan yang terjadi ketika seluruh penghuni Istana sedang sibuk
mencari-cari dirinya yang hilang entah kemana, tapi rupanya Dragon tidak
benar-benar hilang melainkan pergi ke tempat lain untuk merebut pakaian
salah seorang Prajurit yang sedang berpatroli di dalam Istana tersebut,
untuk dia jadikan sebagai alat penyamaran, sehingga Dragon bisa menjadi
Prajurit palsu dan punya peluang untuk diajak masuk ke dalam Ruang
penyimpanan benda berharga tersebut bersama sang Raja.
Saat Raja bersama Jenderal, Gard, dan para Prajurit (Termasuk Dragon) itu
sudah berada di dalam, tak lama setelahnya Dragon mulai merasa kecewa
karena benda berharga yang disimpan di dalam ruangan tersebut bukanlah
benda yang sedang dia incar (Bola Aporion), melainkan hanya sebuah kalung
yang bernama kalung Ghistory, maka dari itu Dragon segera membongkar
penyamarannya dengan cara menghajar para Prajurit yang berada disampingnya,
lalu mumpung dirinya sedang bersama dengan sang Raja di dalam satu ruangan
tertutup, maka dengan lancang Dragon berusaha untuk bertanya mengenai
keberadaan bola Aporion kepada Raja Velodrian secara langsung.
Namun tentu saja perbuatan yang dilakukan oleh Dragon itu, membuat Gard dan
Jenderal yang juga berada ditempat itu, menjadi emosi sehingga mereka
berdua mencoba untuk melumpuhkan serta menangkap Dragon disana.
Tetapi Raja Velodrian segera menyuruh mereka berdua supaya melepaskan
Dragon, karena Raja ingin mendengar alasan mengapa Dragon sampai berani
bertindak sejauh ini. Lalu di tengah-tengah percakapan mereka itu,
tiba-tiba saja sesuatu yang sangat mengejutkan terjadi, ketika kalung
Ghistory memancarkan cahaya yang menyorot langsung pada tubuh Dragon. Raja
Velodrian yang mengerti tentang kejadian tersebut, segera membuat keputusan
untuk memberikan kalung Ghistory kepada Dragon, karena dia bilang bahwa
kalung Ghistory telah memilih Dragon sebagai pemilik sejatinya.
Dengan menggunakan kekuatan dari kalung Ghistory, Dragon bisa menemukan
segala hal yang dia cari, dan pada saat itu hal yang benar-benar ingin dia
temukan adalah sebuah jalan keluar rahasia yang berada di dalam Ruang
penyimpanan benda berharga tersebut. Lalu setelah Dragon berhasil menemukan
keluar rahasianya, maka dia segera pamit dan pergi meninggalkan Raja
Velodrian bersama Jenderal Eagle dan Gard yang hanya bisa diam terpaku di
dalam Ruangan itu, sebenarnya Jenderal Eagle dan Gard masih belum rela
untuk melepaskan kepergian Dragon begitu saja dari sana, sebagai pemimpin
pasukan Kerajaan tentunya mereka sangat ingin supaya Dragon bisa dihukum,
tetapi mereka berdua tidak bisa membantah perintah dari sang Raja yang
sudah memperbolehkan Dragon pergi dari sana karena dia telah berhasil
menggunakan kekuatan kalung Ghistory. Dan tentu saja hal itu juga merupakan
wasiat yang diberikan kepada Raja Velodrian oleh kakeknya (Raja Velodros)
untuk menaruh kalung Ghistory di dalam ruangan yang dibuat khusus itu, dan
menunggu kedatangan dari seseorang yang pasti akan dipilih sendiri oleh
kalung tersebut sebagai pemilik sejatinya. Dan wasiat itu merupakan hal
yang tidak boleh dibantah oleh siapapun.
Beberapa saat setelah Dragon meninggalkan tempat tersebut lewat jalan
rahasia, tiba-tiba saja Putri bersama tiga Kesatria badai Nexus tiba
disana, dengan raut wajah yang terlihat marah karena mereka sudah tahu
bahwa Dragon telah berbuat macam-macam di dalam Istana terutama terhadap
sang Raja. Maka dari itu setelah mereka mendengar dari Gard dan Jenderal
bahwa Dragon sudah keluar lewat jalan rahasia, maka tanpa banyak bicara
Putri dan ketiga kawannya itu langsung bergegas untuk menyusul Dragon,
saking marahnya Tuan Putri terhadap Dragon bahkan sang Raja pun tidak bisa
menghentikannya, karena tekad Tuan Putri Reina sudah benar-benar bulat
untuk bisa membuat perhitungan terhadap Dragon, yang telah berani
menimbulkan kekacauan di Istana Nexus.
Tak lama kemudian, jalan rahasia tersebut rupanya telah membawa Dragon
sampai di kawasan yang berada diluar Istana Nexus, yakni sebuah kawasan
Perkebunan dan Peternakan milik warga biasa di Ibukota Nexus. Lalu ketika
Dragon sedang berjalan dengan santai sambil mencari cara untuk bisa keluar
dari kawasan Ibukota Nexus, tiba-tiba saja dia dikagetkan dengan kedatangan
Putri dan Tiga Kesatria badai Nexus yang sedari tadi sedang mengikutinya
dari belakang, dengan tampang yang terlihat sedang diselimuti oleh emosi
terhadap dirinya.
Maka dari itu, tanpa banyak bicara Dragon segera menunggangi salah satu
kuda yang berada di dalam peternakan tersebut, karena dia tidak mau jika
sampai dirinya tertangkap oleh Putri dan kawan-kawan, kemudian dia langsung
kabur meninggalkan Putri dan kawan-kawan disana yang pastinya tidak akan
tinggal diam begitu saja, karena mereka juga segera menunggangi kuda untuk
mengejar Dragon, dan mereka tidak akan membiarkan Dragon lolos begitu saja,
maka dari itu mereka berusaha secara gigih dan tak kenal lelah supaya bisa
menangkap orang yang sudah berani mencuri barang berharga dari Istana Nexus
itu.
Singkat cerita, Dragon sudah berhasil keluar dari wilayah Ibukota Kerajaan
Nexus, setelah dirinya sempat menerjang dan merangsek barisan Prajurit
penjaga yang menghadangya hingga akhirnya dia bisa melewati gerbang benteng
lalu keluar dari wilayah Ibukota Nexus. Namun keadaan yang harus Dragon
hadapi selanjutnya menjadi lebih sulit lagi, karena tepat setelah dia sudah
berada diluar wilayah Ibukota Nexus, saat itu juga para pengejarnya jadi
semakin bertambah banyak, dikarenakan para Prajurit berkuda dari Ibukota
Nexus kini juga ikut dengan Putri Reina untuk sama-sama berusaha mengejar
serta menangkap Dragon.
Namun semakin lama, para Prajurit berkuda itu jumlahnya menjadi semakin
berkurang saat para pengejar itu sedang berada di tengah kawasan ladang
jagung, dikarenakan adanya sergapan yang dilakukan oleh Glauss dan Kalpen
terhadap mereka semua disana. Dengan menggunakan mode rampage, Glauss
menerkam para Prajurit berkuda itu secara satu-persatu, sedangkan Kalpen
menggunakan kekuatannya untuk membuat batu-batu melayang di sekitar tempat
tersebut, sehingga kuda yang ditunggangi oleh para Prajurit itu banyak yang
jatuh tersandung.
Lalu setelah aksi pengejaran tersebut telah mencapai serta memasuki wilayah
Kota Togu, jumlah dari para Prajurit berkuda yang mengikuti Putri Reina itu
terus saja menjadi semakin berkurang, dan bahkan sampai tidak ada lagi yang
tersisa untuk tetap mengikuti Putri beserta tiga Kesatria badai Nexus dari
belakang. Dikarenakan kuda yang ditunggangi oleh mereka berjatuhan satu
persatu tanpa sebab. Mereka semua merasa kebingungan karena tidak tahu apa
yang terjadi terhadap kuda mereka, walau sebenarnya peristiwa kuda
berjatuhan itu disebabkan oleh Zhoei yang menggunakan kekuatannya untuk
mengacaukan langkah kaki dari para kuda tersebut.
Dan ternyata tak hanya aksi pengejaran saja yang berlangsung Kota Togu,
namun disana juga berlangsung aksi serah terima senjata, yang diberikan
oleh Tatsui kepada Dragon. Tatsui tampak mengenakan jubah hitam ketika
melakukan hal tersebut, supaya identitasnya tidak diketahui.
Kemudian, setelah proses serah terima senjata itu telah sukses
dilaksanakan. Maka pengejaran pun masih terus berlanjut sampai keluar dari
wilayah Kota Togu, dengan hanya Putri serta tiga Kesatria badai Nexus saja
yang tersisa untuk mengejar Dragon, lalu mereka semua akhirnya tiba di
suatu kawasan padang rumput yang sangat luas. Di sepanjang perjalanannya
tersebut, Dragon beradu argumen dengan Melinda yang menuntut penjelasan
tentang segala hal yang sedang terjadi, sambil terus menghindari
serangan-serangan yang dilancarkan oleh para Pengejarnya, yakni Putri Reina
beserta Rizu, Arci, dan Holdi.
Lalu tiba-tiba laju kuda yang ditunggangi oleh Arci dan Holdi harus
terhenti, disebabkan adanya gundukan tanah yang menjulang tinggi sehingga
menghalangi jalan bagi mereka berdua. Gundukan tanah tersebut tercipta
akibat dari sebuah tebasan kuat yang telah dilancarkan oleh seseorang yang
berada tidak jauh dari tempat itu, yang ternyata adalah ulah dari Gill.
Setelah menciptakan penghalang bagi Arci dan Holdi, dia segera bersembunyi
di balik pepohonan, supaya dirinya tidak ketahuan.
Ada alasan mengapa Kalpen, Glauss, Zhoei, dan Gill tidak menyerang serta
menghentikan Putri Reina secara langsung. Itu karena jika hanya
menghentikan para pengejar Dragon yang lain, mereka tidak segan untuk
melakukannya, tapi mereka tidak mau jika sampai harus membahayakan
keselamatan sang Putri atau bahkan sampai melukainya, maka dari itu mereka
tidak menyerang sang Putri. Lalu setelah kini para pengejar Dragon hanya
tinggal dua orang saja (Yakni Putri dan Rizu) Maka hal yang akan terjadi
selanjutnya itu tergantung pada Dragon.
Pengejaran masih terus dilakukan hingga memasuki sebuah kawasan hutan yang
cukup rimbun serta jalur yang berliku-liku, sehingga upaya pengejaran
terhadap Dragon menjadi lebih sulit disana. Dan bahkan hal itu juga
menyebabkan laju kuda yang ditunggangi oleh Rizu jadi terpisah dari Putri
Reina serta Dragon, karena Rizu salah memilih jalur sehingga laju kudanya
jadi terhalang pepohonan rimbun, sementara Putri dan Dragon masih terus
kejar-kejaran sampai keluar dari kawasan hutan tersebut.
Sialnya bagi Dragon, laju kuda yang ditungganginya harus terhenti
dikarenakan tidak ada lagi jalan yang bisa dilaluinya, karena tepat di
hadapannya ada sebuah jurang yang cukup dalam, dengan sungai berarus deras
yang mengalir jauh dibawahnya.
Keadaan semakin pelik bagi Dragon, ketika Putri Reina sudah tiba disana dan
langusng mengarahkan anak panah kepadanya, sehingga sudah tidak ada jalan
lain lagi bagi Dragon maju ataupun mundur dari sana, dan jika dia ingin
meloloskan diri dari Tuan Putri. Maka, mau tidak mau Dragon harus
berhadapan melawan Tuan Putri, supaya dia bisa menemukan celah untuk kabur.
Maka terjadilah pertarungan yang cukupsengit antara mereka berdia di tepi
jurang tersebut. Ketika sedang bertarung, Putri Reina tak henti-hentinya
bertanya kepada Dragon mengenai alasan mengapa Dragon sampai berani
melakukan tindak kejahatan di dalam Istana Nexus, namun Dragon tetap
bersikukuh tidak mau memberitahukan alasannya. (Karena batu mantra yang ada
di dalam pundaknya akan bereaksi jika dia sampai memberitahukan hal
tersebut kepada orang lain)
Beberapa saat Kemudian, Rizu juga tiba disana namun dengan jarak yang agak
jauh, karena dia tidak mau jika sampai mengganggu konsentrasi Putri Reina
yang sedang bertarung secara sengit melawan Dragon, beberapa saat kemudian
Rizu mulai mengambil inisiatif untuk menolong Tuan Putri dengan cara
menembakan sebuah anak panah kepada Dragon. Rizu terlihat berusaha dengan
bersungguh-sungguh untuk membidik dengan benar, karena saat itu tekadnya
sudah sangat bulat untuk bisa melumpuhkan Dragon sekaligus membuat Tuan
Putri kagum terhadap dirinya.
Namun sayang sekali, walaupun anak panah yang dilesatkan oleh Rizu itu
arahnya sudah benar menuju pada Dragon, tetapi seekor kuda yang berada
disana tiba-tiba saja menghalangi lesatan anak panah tersebut, hingga
mengenai bagian bokongnya.
Dan hal itu tentu saja langsung menyebabkan kuda tersebut menjadi kaget
lalu seketika mengamuk karena kesakitan, bahkan Dragon dan Putri Reina yang
sedang melangsungkan pertarungan disana juga langsung merasa terkejut,
karena kuda yang berada di dekat mereka itu tak henti-hentinya berjingkrak
juga menendang-nendang ke segala arah. Hingga tubuh Dragon dan Tuan Putri
akhirnya harus terkena tendangan dari kuda tersebut, dan menyebabkan mereka
berdua jadi terdorong ke tepian jurang, lalu jatuh bersama-sama ke bawah
jurang tersebut.
Dragon dan Tuan Putri Reina terjun cukup jauh ke bawah, kemudian tubuh mereka berdua tercebur
dan terbawa arus sungai yang sangat deras, sehingga mereka berdua berusaha sekuat tenaga untuk muncul ke permukaan. Namun saking kuatnya arus air yang membawa
mereka, maka mereka berdua terus terombang-ambing sambil terbawa oleh arus sungai hingga jauh sekali.
Rizu yang masih dalam keadaan terkejut, bergegas lari menuju ke tepian jurang untuk melihat keadaan Tuan Putri
dibawah sana, yang sudah terbawa arus bersama Dragon hingga tak tampak lagi
keberadaannya. Ekspresi wajah Rizu terlihat benar-benar tidak percaya
dengan apa yang baru saja terjadi, lalu tiba-tiba Rizu mulai merasa lemas di
sekujur tubuhnya, sambil meratapi peristiwa yang terlanjut terjadi akibat dari
perbuatannya yang telah salah memanah sasaran.
Sementara itu, di wilayah pinggiran Kota Togu, Gill bersama Tatsui dan
Glauss terlihat sedang mengemas barang ke dalam sebuah kereta kuda,
sepertinya mereka semua akan pergi ke suatu tempat sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan, yaitu menunggu Dragon di Desa Tatsui sambil memperbaiki
keadaan Desa tersebut dengan menggunakan uang yang telah diraih dari Turnamen. Kalpen dan Zhoei juga terlihat sedang berada disana
untuk mengantarkan kepergian mereka.
Gill, Tatsui dan Glauss pamit kepada Zhoei dan Kalpen, mereka akan pergi dari Kota Togu untuk menuju ke Desa Tatsui.. |
Mereka akan pergi dengan menumpang kereta kuda milik Narra dan Beppu,
karena jalan pulang menuju ke Desa kakak beradik itu juga searah. Gill
sangat berterima kasih kepada Kalpen dan Zhoei atas bantuan yang telah
mereka berikan supaya bisa menyelesaikan tugas dari Dragon. Dan walaupun
Zhoei tidak terlalu menanggapi ucapan terima kasih tersebut, tapi
gelagatnya menunjukan bahwa dia merasa senang karena telah berhasil membantu Gill
dan kawan-kawan, dan sepertinya kini Zhoei juga benar-benar merasa telah
memiliki hubungan pertemanan dengan mereka semua, sehingga Kalpen juga jadi
terlihat bahagia atas hal itu.
Setelah mereka berpamitan, beberapa saat kemudian, Tatsui, Gill, dan Glauss
telah pergi meninggalkan Kota Togu bersama Narra dan Beppu untuk melakukan
perjalanan menuju ke Desa Tatsui, dan disana mereka akan menggunakan uang
dari Dragon untuk memperbaiki Desa itu, supaya Desa itu bisa kembali pulih seperti sedia kala, sambil
menunggu kedatangan Dragon yang sudah berjanji pada mereka, bahwa dia pasti akan datang
kesana dan dia juga akan menjelaskan tentang semua yang telah terjadi. Mengenai Flaur, bola Aporion, Kalung Ghistory, pengejaran Tuan Putri, dan lain sebagainya.
Hari sudah mulai gelap, sementara itu di sebuah kawasan sungai yang arus airnya cukup
tenang, ada dua orang yang sedang berdiam diri di pinggir sungai tersebut, sambil duduk di dekat api unggun, di atas
permukaan bebatuan yang berada di pinggiran sungai tersebut. Kedua orang
itu adalah Dragon dan Putri Reina.
(Rupanya mereka berdua berhasil selamat dari peristiwa yang mencengangkan
tadi. Saat mereka berdua tercebur ke dalam sungai berarus deras itu,
Putri segera berusaha untuk berenang sambil mendekati Dragon yang ternyata
tidak bisa berenang sehingga dengan mudah tubuhnya terombang-ambing dan
hampir tenggelam. Dragon memang handal dalam melakukan berbagai hal, namun
salah satu kelemahan yang dimlikinya adalah berenang. Dan di kala itu
selain harus menyelamatkan dirinya sendiri, Putri Reina juga harus menolong Dragon supaya buronan Kerajaan Nexus itu bisa ditangkap hidup-hidup. Lalu
setelah terombang-ambing cukup lama, akhirnya mereka berdua mengambang dengan cara berpegangan pada sebongkah kayu yang ikut terbawa menyusuri arus sungai, lalu setelah berada di aliran sungai yang cukup tenang, maka mereka berdua
bisa menepi ke pinggiran sungai dan berhasil selamat dari marabahaya
tersebut.)
Saat ini, Dragon terlihat sedang telungkup dalam keadaan tangan dan kaki
yang sudah diikat oleh akar pohon, sedangkan Putri Reina terlihat sedang
duduk di dekat api unggun sambil memanggang beberapa ikan untuk dijadikan
santapan makan malam baginya. Karena hari sudah sangat gelap, maka akan
terlalu beresiko bagi dirinya untuk pulang ke Ibukota Nexus apalagi jika
harus membawa Dragon sambil melewati kawasan hutan gelap yang ada disana. Oleh
karena itu dia memutuskan untuk berdiam disana sambil menunggu pertolongan
datang, karena dia tahu bahwa Rizu dan kawan-kawannya pasti sedang mencarinya.
Beberapa saat kemudian, Dragon mulai siuman dan dia merasa
terkejut karena saat ini dia sedang berada entah dimana dan dalam keadaan
tubuh yang terikat pula. Maka dari itu dia segera bertanya kepada orang
yang sedang berada di dekatnya, yakni Putri Reina.
“I- ini dimana? Dan kenapa tangan dan kakiku terikat?” Tanya Dragon kepada
Putri.
“Hmm, tentu saja supaya kau tidak bisa melarikan diri."
"Tu- Tuan Putri?? Jadi aku sudah tertangkap ya?" Gumam Dragon.
"Ya, Tak hanya itu saja ...
semua senjatamu juga sudah ada padaku.” Jawab Putri sambil menunjukan
senjata-senjata milik Dragon yang berada di dekatnya.
“Oh, begitu rupanya ... Huuh." Kata Dragon sambil menghela nafas.
"Kau tidak panik?" Tanya Putri Reina.
Kemudian Dragon menjawab, "Sepertinya percuma saja jika aku berteriak
sambil menyuruhmu untuk melepaskanku ya?” Ucap Dragon, yang pasrah dengan
keadaannya karena dia sadar bahwa tidak mungkin Putri akan secara sukarela
memberikan senjata-senjata itu kepadanya lalu membiarkan Dragon pergi
begitu saja. Mengingat hal-hal yang sudah Dragon lakukan di sepanjang hari ini.
“Nah, itu kau sudah tahu ... Jadi diamlah dan makan ikan ini.” Kata Putri
Reina sambil menyodorkan ikan bakar kepada Dragon. Walau setelah semua yang
sudah Dragon lakukan, ternyata Putri masih tetap bersikap sedikit baik
kepadanya.
“Bagaimana aku bisa makan? lepaskan dulu ikatan di tanganku ini.” Dragon membujuk Putri Reina.
“Boleh ... Tapi pertama-tema, beritahu aku tentang alasan mengapa kau mencuri kalung ini dari
Istana?” Kata Putri Reina sambil memegang kalung Ghistory di tangannya, dan
ternyata ikan bakar yang disodorkan itu hanya sebagai alat untuk memancing
Dragon supaya mau memberitahukan tentang alasan mengapa dia sampai berani
mencuri benda itu dari Istana Nexus.
“Wah, kau ini sungguh mengerikan ... Apakah kau benar-benar seorang Putri?”
Tanya Dragon, karena perut Dragon sudah sangat lapar.
“Tentu saja!” Jawab Putri Reina sambil menjitak kepala Dragon.
Lalu Putri lanjut berkata. “Memangnya apa yang kau pikirkan ketika
mendengar kata ‘Seorang Putri’ ?? ... Apa menurutmu seorang Putri itu harus harus selalu terlihat anggun, dan hanya
menghadiri acara-acara penting saja ?? ... Tidak, aku bukan Putri yang
seperti itu. Aku harus menjadi orang yang tangguh, supaya aku bisa
mewujudkan cita-citaku untuk menjadi pelindung Kerajaan Nexus, seperti
halnya kakek buyutku.” Ucap Tuan Putri Reina. (Yang dia maksud kakek buyut adalah Mendiang Raja Velodros.)
“Oh, jadi kau terinspirasi dari kakek buyutmu ya?” Tanya Dragon lagi.
“Ya, benar sekali. Dulu dia adalah orang yang telah mengalahkan Darkros dan
berhasil menghentikan peperangan yang terjadi di Ibukota Nexus,
sehingga dia dikenal sebagai Raja yang paling disegani di seantero Negeri
Azhuloth ini ... Ketika aku masih kecil, ayahku pernah mengajaku masuk ke
dalam Ruang penyimpanan benda berharga, dan dia memberitahuku bahwa ini
adalah kalung ajaib yang digunakan oleh kakek buyutku untuk bisa mengalahkan
Darkros, sehingga kalung ini pasti merupakan benda yang sangat berharga
bagi Kerajaan Nexus ... Tapi kau! telah berani mencurinya. Sungguh
perbuatan yang tidak bisa dimaafkan.” Ujar Putri Reina kepada Dragon.
“Hmm, mau bagaimana lagi ... Ayahmu sendiri yang memberikan kalung itu
padaku, katanya Kalung itu sudah memilihku sebagai pemilik sejatinya.” Ucap
Dragon.
“Apa?!!” Putri merasa sangat kaget, dan kemudian dia lanjut berkata. “Itu tidak
mungkin.”
“Sama sepertimu, aku juga sebenarnya tidak percaya dengan hal yang sudah dilakukan oleh ayahmu. Tapi itulah
kenyataannya, dia memang benar-benar memberikan kalung itu padaku secara sukarela."
"Hmm, kau sudah berjuang mati-matian dalam Turnamen Kota Togu demi bisa masuk ke Istana, jadi itu artinya, apakah tujuanmu untuk bisa mencuri kalung ini, sudah tercapai?"
"Se- sebenarnya, yang aku incar di dalam Istana Nexus, bukanlah
kalung itu ... Tapi sebuah benda bernama bola Aporion, dan aku harus bisa
mendapatkan benda itu supaya ... Eh-“ Tiba-tiba saja Dragon menghentikan kalimatnya karena dia merasa ada yang
aneh, lalu Putri Reina juga merasa heran saat melihat ekspresi wajah Dragon
yang tiba-tiba berhenti berbicara.
“Kau kenapa?” Tanya Putri.
“Aneh sekali ... Biasanya pundakku akan terasa sakit jika aku mencoba untuk
mengatakan hal itu. Tapi kenapa sekarang rasanya biasa saja ya??” Dragon
bertanya-tanya, lalu dia melihat ke arah pundaknya yang sudah dalam keadaan
terbalut oleh kain berwarna biru, dari robekan jubah Tuan Putri.
Kemudian Putri berbicara lagi. “Oh, soal pundakmu itu ... Tadi kau benar-benar Sudah tak sadarkan diri ketika aku menarikmu dari sungai, karena sepertinya kau terlalu banyak menelan
air, sehingga aku harus berusaha untuk mengeluarkan air dari tubuhmu. Dan
jangan tanya bagaimana caraku melakukannya! ... Tapi setelah itu, kau masih
tak sadarkan diri dan malah tertidur. Maka dari itu aku segera mengikat
kaki dan tanganmu dengan menggunakan akar pohon yang ada di sekitar sini
... Lalu setelah aku selesai melakukan hal tersebut, tiba-tiba kalung yang ada di lehermu memancarkan cahaya yang menjalar ke pundakmu, lalu saat aku melihat pundakmu, rupanya ada sebuah benjolan hijau yang berdenyut hingga menyebabkan kau meringis kesakitan, maka dari itu aku
langsung mengambil pisau yang selalu kubawa di sepatuku, lalu aku
menggunakan pisau tersebut untuk menyayat pundakmu, sehingga aku bisa mengeluarkan benda misterius yang membuatmu merasa kesakitan itu. Dan
akhirnya ... kutemukan Batu ini.” Kata Putri Reina menjelaskan, sambil
menunjukan sebuah batu berwarna hijau yang ada di telapak tangannya.
Ketika melihat batu itu, sontak saja Dragon langsung berteriak, “Kenapa kau memegang benda itu?!!! Cepat buang jauh-jauh!” Teriak Dragon
secara spontan.
Lalu Teriakan Dragon membuat Putri Reina menjadi kaget,
sehingga dia segera melemparkan batu mantra yang ada di tangannya itu
jauh-jauh hingga masuk ke dalam sungai. Dan tiba-tiba saja.
“DUUUUUUUAAAARRRR!!!” Sebuah ledakan yang sangat besar menyeruak dari dalam
sungai tersebut, tepat setelah Putri Reina melemparkan batu itu kesana. Sehingga air dalam jumlah besar berhamburan ke segala arah.
Ledakan besar terjadi setelah Putri melemparkan batu mantra ke dalam sungai. |
Putri Reina dan Dragon sama-sama terkejut saat melihat ledakan besar itu. |
Dragon dan Putri Reina tampak sangat terkejut saat melihat hal yang baru
saja terjadi di hadapan mereka itu, karena sebuah batu yang sedari tadi
berada di genggaman tangan sang Putri tiba-tiba saja meledak ketika
dilemparkan menjauh dari Dragon.
Disaat yang bersamaan, tentu saja hal itu juga memberikan sinyal terhadap
Flaur, yang sedang meninggalkan bola kristalnya untuk sejenak, sehingga
saat itu dia cemas mengira bahwa kini tubuh Dragon sudah benar-benar
meledak, dikarenakan Dragon telah berpaling dan tidak mau menjalankan tugas
darinya lagi, maka hal itu membuat perasaan Flaur menjadi . Tetapi Flaur tidak mau langsung berasumsi bahwa Dragon sudah
benar-benar mati. Walaupun dia sudah kehilangan alat pemantau yang dia
simpan di pundak Dragon itu, namun dia masih punya cara lain untuk memantau
apa yang sedang Dragon lakukan saat ini, karena Flaur sudah menyiapkan
rencana cadangan dari jauh-jauh hari.
Baca juga : Journey of the Dragon Chapter 1
Stellan flaur sudah menyiapkan rencana cadangan untuk mencegah Dragon lolos darinya. |
Sementara itu di tempat lain, Rizu, Arci, dan Holdi yang sedang
menyusuri kawasan sungai untuk mencari keberadaan Tuan Putri, mendengar ada suara ledakan dari kejauhan, sehingga mereka bergegas menuju kesana. Mereka
bertiga tidak akan kembali ke Istana Nexus sebelum bisa menemukan
keberadaan dari Tuan Putri, karena mereka takut mendapat murka dari sang
Raja. Selain itu, dalam perjalanan tersebut, Rizu tak henti-hentinya
menyalahkan dirinya sendiri karena dirinya yang telah membuat Putri Reina
sampai jatuh ke jurang bersama dengan Dragon.
“Ini semua salahku ... Kalau saja aku tidak mencoba untuk memanah Dragon
pada saat itu.” Ucap Rizu sambil terlihat murung.
Lalu Holdi berkata. “Sudahlah Rizu, yang terjadi biarlah terjadi. Kita
tidak bisa mengubah hal yang telah berlalu apalagi mengembalikan waktu. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha untuk memperbaikinya.”
“Hmm. Terima kasih, Holdi ... Tapi tetap saja, aku tidak bisa memaafkan
diriku sendiri.” Rizu kembali murung.
Kemudian Arci berbicara kepada Holdi. “Tumben kali ini bicaramu bijak
sekali ... Bonggol.”
“Jangan mulai denganku ya.” Ucap Holdi memperingatkan Arci.
“Jangan bertengkar! Kita harus fokus mencari keberadaan Tuan Putri !” Ujar
Rizu dengan tegas, lalu dia lanjut berkata, “Semoga beliau baik-baik saja.”
“Yaa. Semoga saja.” Ucap Holdi dan Arci secara bersamaan.
“Tunggu ... Apakah kalian mendengar itu?” Tanya Rizu secara tiba-tiba
kepada kedua temannya.
“Ya, aku dengar. Sepertinya barusan ada ledakan.” Jawab Arci. Suara ledakan yang mereka dengar berasal dari batu mantra yang telah dilemparkan ke sungai oleh Tuan Putri.
“Ayo kita segera kesana.” Ajak Holdi sambil berlari bersama Arci dan Rizu.
Lalu tiba-tiba langkah mereka bertiga dihentikan oleh segerombolan orang
yang datang menghadang mereka disana, dan ternyata Orang-orang itu adalah Mailon
beserta pasukannya yang berjumlah cukup banyak. Sambil tersenyum dan merasa bersemangat, Mailon dengan
sangat percaya diri berani menghalangi jalan dari tiga Kesatria badai
Nexus, mungkin karena dia datang dengan membawa segerombolan Prajurit
bersamanya.
Mailon dan Pasukannya menghadang tiga Kesatria badai Nexus yang sedang mencari keberadaan Putri Reina. |
Mailon merupakan anak buah kepercayaan Flaur yang sejak beberapa hari lalu telah diutus untuk memantau Dragon di sepanjang perjalanannya sampai ke Kota Togu, dan selama
ini dia juga telah mengawasi setiap gerak-gerik Dragon dari kejauhan
bersama para Prajuritnya yang dia tempatkan di beberapa lokasi lain. Sebenarnya
Mailon juga telah menjadi saksi dari kemenangan Dragon di Turnamen Kota Togu.
Lalu selanjutnya, karena dia tidak bisa mengikuti Dragon untuk masuk ke
Ibukota Nexus, jadi Mailon memutuskan untuk menunggu di tempat lain sampai
Dragon keluar dari sana. Tapi dia begitu terkejut ketika melihat Dragon
sedang lari dari kejaran Putri Reina beserta pasukan Nexus, sehingga secara
diam-diam, Mailon juga mengikuti proses pengejaran tersebut, lalu setelah
dia tahu bahwa saat ini posisi Dragon sedang berduaan di pinggir sungai
bersama Tuan Putri Reina, maka Mailon beserta para Prajuritnya bergegas
untuk menyambangi Dragon ke kawasan sungai itu, namun di tengah perjalanan
mereka, rupanya mereka juga berpapasan dengan tiga Kesatria badai Nexus yang sedang mencari keberadaan Tuan Putri, sehingga mau tidak mau Mailon beserta Prajuritnya harus menghadang mereka. Sedangkan di tempat Dragon dan Tuan Putri Reina sedang berada, seseorang Juga sudah berada disana untuk menangani mereka berdua. Orang itu tak lain tak bukan adalah Krypt, dia juga merupakan salah satu anak buah andalan Flaur.
“Cukup sampai disitu Tuan-tuan ... Aku tidak akan membiarkan kalian maju
lebih jauh lagi.” Ucap Mailon kepada tiga Kesatria badai Nexus.
Lalu Rizu menjawab. “Ehm, kalau boleh aku bertanya. Kalian ini siapa ya?”
Tanya Rizu kepada Mailon dan pasukannya.
“Kami ini adalah orang-orang yang memiliki urusan dengan Dragon, dan kami
tidak akan membiarkan kalian mengganggu urusan kami.” Jawab Mailon.
Lalu Holdi berujar, "Apa maksudmu? Jangan pikir kalian bisa menghalangi kami."
Mailon menjawab lagi, "Kami akan mengalahkan kalian disini."
Kemudian Arci berkata. “Hmm. Sepertinya tidak ada pilihan lain ya ... Tak kusangka kita harus bertarung disini.” Kata Arci sambil menarik kedua
pedang emasnya Yang bisa menghantarkan listrik.
“Ya, aku setuju denganmu Ranting.” Ujar Holdi sambil menyiapkan kapak
anginnya.
“Baiklah kalau begitu, apa boleh buat ... Aku juga tidak bisa membiarkan
kalian menghalangiku untuk dapat bertemu dengan Tuan Putri.” Ucap
Rizu yang bersiap dengan busur panah di tangannya, dia akan menggunakan
benda itu sebagai senjatanya walaupun dia tidak memiliki anak panah sama
sekali, jadi dia hanya akan memberikan serangan hantaman terhadap para lawannya itu.
Sementara itu, Kembali ke tempat dimana Dragon dan Putri Reina sedang berada, yakni tidak jauh dari tempat konflik antara kelompok Rizu dan pasukan Mailon. Putri
Reina dan Dragon saat ini masih dalam keadaan terguncang setelah
menyaksikan ledakan besar tadi, lalu mereka berdua mulai mencoba untuk
menenangkan diri masing-masing.
Kemudian Putri bertanya kepada Dragon. “Yang barusan itu ... A- apa?”
“Fyuuuh ... Pertama-tama, kuucapkan dulu terima kasih kepadamu Tuan Putri.
Karena sekarang, aku bisa mengatakan semuanya dengan jelas.” Ucap Dragon.
“Mengatakan semuanya?” Kata Tuan Putri sambil merasa kebingungan.
Lalu Dragon menjawab. “Benda yang barusan itu, adalah benda yang ditanam di dalam pundakku, supaya aku mau menuruti perintah seorang penyihir jahat yang menyuruhku untuk mencuri di Istana Nexus. Selama ini benda itu juga yang selalu menghalangiku untuk bisa menceritakan alasan mengapa aku nekad mencuri di
Istana Nexus.”
“Jadi selama ini di dalam tubuhmu ada benda yang bisa meledak?!” Tanya
Putri dengan penuh rasa penasaran.
“Ya.” Jawab Dragon secara singkat sambil menundukan kepalanya.
“Astaga.” Ucap Putri Reina yang merasa sangat terkejut setelah mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.
“Aku diberi tugas untuk mencuri sebuah benda yang bernama bola Aporiom. Karena tugas dari Penyihir itu juga, aku bahkan sampai harus bersusah payah
untuk menjuarai Turnamen Kota Togu, supaya aku bisa masuk ke dalam Istana
secara resmi, dan menjalankan aksi pencurian dengan lebih leluasa ... namun ternyata yang kutemukan di dalam Ruang penyimpanan benda
berharga Istana Nexus bukanlah bola Aporion melainkan kalung Ghistory, yang
tak disangka-sangka telah memilihku sebagai pemilik sejatinya. Setelah itu
aku berusaha untuk melarikan diri dari Istana, namun kau dan pasukanmu
mengejarku sampai aku benar-benar terpojok ... Dan singkat cerita, disinilah kita sekarang.”
Ucap Dragon menjelaskan.
Setelah itu, mulut Tuan Putri terus menganga, karena dia merasa sangat
terkejut setelah mendengar cerita tersebut. Kemudian Putri mulai berbicara
lagi. “Ja- jadi begitu ... Kalau kupikir-pikir lagi, untung aku telah
mengeluarkan batu mantra itu dari tubuhmu. Jika tidak, pasti sampai saat
ini kau akan terus bungkam dan tidak akan pernah menceritakan tentang semua
hal ini kepadaku.”
“Hmm ... Hal yang barusan kau lakukan itu, adalah hal yang sangat beresiko!
Bagaimana jika batu itu sampai meledak ketika berada di tanganmu!” Ujar
Dragon sambil membentak Tuan Putri.
Kemudian Tuan Putri terdiam setelah dibentak oleh Dragon, dan dia kembali
berkata. “Apakah kau baru saja mengkhawatirkanku?” Tanya Putri Reina kepada
Dragon.
Seketika itu juga raut wajah Dragon langsung berubah menjadi merah dan
dia menjadi salah tingkah. “... Ti- tiidak. Aku hanya, anu...” Lalu Tuan
Putri hanya tersenyum saja menanggapi hal tersebut.
Tapi beberapa saat kemudian, mereka berdua dikejutkan oleh kedatangan dari
seseorang disana. Yang datang sendirian sambil membawa sebuah tombak di
tangannya. Dan ternyata orang misterius itu tak lain dan tak bukan adalah
Krypt, yang merupakan anak buah kepercayaan Stellan Flaur si penyihir jahat sekaligus rekan Mailon, kedatangannya disana tentu saja karena dia memiliki urusan dengan Dragon.
Sebenarnya dia datang bersama dengan Mailon dan Pasukannya. Namun berbeda
dengan Mailon, dia ingin menemui Dragon secara pribadi tanpa diganggu oleh
siapapun. Maka dari itu dia menyuruh Mailon membawa seluruh pasukannya
untuk menghadang siapa saja yang sedang mendekati tempat itu (Yakni menghadang tiga Kesatria badai Nexus).
“Krypt! Sedang apa kau disini?!” Ujar Dragon yang merasa sangat kaget dengan kehadiran Krypt.
“Aku tidak ingin mengganggu percakapan kalian berdua disini ... Tapi
bagaimanapun juga aku harus segera melaksanakan tugasku, yakni membawamu pergi bersamaku.” Ucap Krypt kepada Dragon.
"Kau mau membawa Dragon?" Tanya Putri Reina.
“Seperti yang kubilang barusan, aku datang kesini untuk menjemput Dragon,
karena dia tidak berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Tuan
Flaur kepadanya ... Tapi kabar baiknya, walaupun Dragon tidak berhasil
menemukan bola Aporion di dalam Istana Nexus, tapi dia berhasil membawa
benda berharga lain yang mungkin bisa berguna untuk mencari bola Aporion.”
Ucap Krypt sambil menunjuk ke arah kalung Ghistory yang ada di tangan Tuan
Putri Reina.
Kemudian Putri Reina berujar kepada Krypt. “Tidak!! Kau tidak boleh membawa
Dragon kemanapun. Dia harus ikut denganku kembali ke Ibukota Kerajaan
Nexus.” Ujar Putri kepada Krypt.
Lalu Dragon berbicara di dalam benaknya. (“Kenapa aku jadi diperebutkan
begini?”)
Putri Reina yang merasa marah, memutuskan untuk melawan
Krypt disana, sedangkan Dragon masih dibiarkan dalam keadaan tangan dan
kaki yang terikat, selain itu senjata-senjata Dragon juga tergeletak cukup jauh. Dan di sisi lain, Krypt sudah bersiap dengan tombaknya untuk
menghabisi siapa saja yang mencoba menghalanginya.
“Hmm. Aku tidak peduli walaupun kau adalah Seorang Putri ... Jika kau mau
menghalangiku, maka bersiaplah untuk mati.” Ucap Krypt kepada Putri Reina
yang masih tetap berdiri dengan tegar, sedangkan Dragon terus saja meminta
kepada Putri Reina untuk melepaskan ikatan di tangan dan kakinya.
Akankah Putri Reina dan Dragon bisa selamat dari ancaman Krypt disana,
ataukah Dragon akan dibawa kembali ke dalam genggaman Flaur, sehingga dia
harus kehilangan kebebasannya lagi? Ikuti terus kisah perjalanan Dragon,
pada Chapter selanjutnya ya.
Bersambung . . .
Chapter selanjutnya : Journey of the Dragon Chapter 36
Chapter sebelumnya : Journey of the Dragon Chapter 34
No comments:
Post a Comment