Chapter 9 : The endless Dessert
Dragon dan kawan-kawannya hanya diam terpaku sambil terperangah
memperhatikan ular berukuran sangat besar yang ada di hadapan mereka.
Saking besarnya ular itu, sampai-sampai tubuh Dragon dan kawan-kawan tertutupi
oleh bayangan dari sang ular, karena sinar matahari terhalang oleh tubuh
raksasa sang ular, yang terus saja memandangi mereka dengan sorotan tajam
dari matanya, seakan-akan sedang bersiap untuk melakukan suatu hal yang
mengejutkan.
Ular itu mengeluarkan suara mendesis sambil menjulurkan lidahnya
terus-menerus, kemudian perlahan-lahan seluruh tubuhnya sampai ekor bergerak ke atas
untuk keluar dari permukaan pasir, sambil terus memperhatikan para manusia
yang berada di bawahnya.
Dragon menghimbau kepada Tatsui, Nara, serta Beppu supaya tetap diam dan
jangan melakukan gerakan apapun. Walaupun ketiga temannya itu menurut, tapi
lain halnya dengan kuda milik Nara dan Beppu. Kuda itu tidak mau diam dan
malah terus-menerus berjingkra-jingkrakan, mungkin dikarenakan panik dengan adanya seekor mahluk raksasa muncul di hadapannya. Sepertinya kuda itu
merasakan hawa membunuh dari sang ular raksasa. Hawa membunuh yang juga
sangat terasa bagi Dragon dan kawan-kawannya, bahkan Melinda pun merasakan
ada yang tidak beres dan segera memperingatkan Dragon supaya segera lari
dari sana.
Nara dan Beppu tidak mampu untuk mengendalikan kuda milik mereka, yang
sedang panik tersebut, walau sekeras apapun mereka berusaha. Kemudian, kuda
itu berbalik memutari Dragon serta Tatsui, untuk kemudian berlari menjauh
dari tempat itu sambil membawa Nara dan Beppu bersama dengannya, sehingga
mau tidak mau kakak beradik itu ikut terbawa pergi bersama dengan kuda yang
sedang panik tersebut.
Sedangkan Dragon dan Tatsui ditinggalkan hanya berdua saja disana, di
hadapan ular raksasa yang masih terus memperhatikan mereka sambil
menjulurkan lidahnya. Dragon segera menyuruh Tatsui untuk pergi menyusul
Nara dan Beppu. Atau lebih tepatnya dia menyuruh Tatsui untuk menyelamatkan
diri sedangkan dia akan mencoba untuk mengalihkan perhatian sang ular serta
mengulur waktu bagi teman-temannya supaya bisa pergi jauh.
Namun Tatsui tidak mau menuruti perintah Dragon, dia ingin menemani Dragon
disana, untuk ikut serta mengulur waktu bagi Nara dan Beppu supaya mereka
bisa selamat. Kemudian Dragon berbicara kepadanya bahwa menemani dirinya
disana merupakan sebuah keputusan bodoh. Seorang manusia biasa tidak
mungkin dapat menang melawan ular raksasa itu.
Perkataan yang sama juga berlaku bagi Dragon, namun perkataan tersebut
tidak berlaku bagi keberanian mereka berdua. Tatsui tetap bersikeras
walaupun Dragon terus menerus menyuruhnya untuk pergi, karena dia merasa
masih punya hutang terhadap Dragon, sebab Dragon sudah menyembuhkan
luka-lukanya, dan sekarang Tatsui akan berusaha untuk membantu dan
melindungi Dragon semampu yang ia bisa. Tatsui tidak ingin dianggap lemah
meskipun dirinya adalah seorang wanita, dan jikapun dia harus mati disana,
hal itu tidak menjadi masalah baginya, dia tidak keberatan walau harus
mengorbankan nyawanya. Disamping semua itu, Tatsui juga yakin bahwa Dragon
mempunyai kekuatan yang luar biasa dari setiap benda yang menempel di
tubuhnya itu.
Dragon dan Tatsui masih tetap diam serta tidak menunjukan sedikitpun niatan untuk
menyerang atau berbuat macam-macam terhadap sang ular. Siapa tahu ular
raksasa itu hanya akan memperhatikan mereka saja tanpa berbuat apa-apa lalu segera pergi meninggalkan mereka berdua disana. Namun ternyata
beberapa saat kemudian, apa yang telah mereka berdua antisipasi, akhirnya
benar-benar terjadi.
Sang ular raksasa mulai mengibaskan ekornya ke arah Dragon dan Tatsui, sehingga
mereka berdua jadi terhempas cukup jauh bersamaan dengan deburan pasir yang
sangat banyak. Lalu keduanya segera berdiri kembali supaya dapat mengantisipasi serangan selanjutnya. Sepertinya ular raksasa itu memang
memiliki niat yang akan membahayakan nyawa mereka berdua, maka dari itu
sekarang Dragon memutuskan untuk memberikan sebuah perlawanan.
Dragon memanglah hanya seorang manusia biasa, tetapi setiap benda yang saat
ini sedang dibawa olehnya, memiliki kekuatan yang tidak boleh dianggap
remeh. Untuk saat ini, Dragon akan meminta bantuan dari Melinda, yakni
sebuah lempengan emas yang terletak di bahu kirinya. Sambil menadahkan
kedua telapak tangannya ke samping. Dragon berkata, “Melly, aku butuh
sedikit bantuan disini.”
Lalu tiba-tiba sebuah pisau belati muncul di masing-masing genggaman
tangan Dragon. Hal itu membuat Tatsui menjadi sangat terkejut ketika melihatnya, lalu
dia berkata. “Wah, hebat sekali. Apakah itu adalah kekuatanmu yang
sesungguhnya?” Tanya Tatsui yang takjub setelah melihat kemunculan pisau
belati di kedua tangan Dragon.
“Entahlah, anggap saja iya.” Jawab Dragon sambil sedikit tersenyum.
Kemudian Dragon memberikan kedua pisau belati itu kepada Tatsui, sambil
memberikannya, Dragon berkata, “Ini ambil.”
Setelah menangkap dan menggenggam kedua pisau belati tersebut, lalu Tatsui
bertanya. “Jika ini diberikan padaku, lalu kau bagaimana?”
“Tenang saja, aku masih punya banyak.” Jawab Dragon sambil memunculkan lagi
pisau belati di kedua telapak tangannya, yang membuat Tatsui kembali
takjub.
Setelah itu Dragon melanjutkan perkataannya. "Oh iya, hati-hati saat menggunakannya, karena lama-kelamaan pisau itu akan menghilang dengan sendirinya." Ucap Dragon.
"Baiklah, aku paham ... Aku hanya tinggal memintanya kepadamu lagi kan?" Kata Tatsui.
"Ya, sekarang ayo kita hadapi mahluk besar itu."
Setelah itu Dragon melanjutkan perkataannya. "Oh iya, hati-hati saat menggunakannya, karena lama-kelamaan pisau itu akan menghilang dengan sendirinya." Ucap Dragon.
"Baiklah, aku paham ... Aku hanya tinggal memintanya kepadamu lagi kan?" Kata Tatsui.
"Ya, sekarang ayo kita hadapi mahluk besar itu."
"Baik, ayo beraksi." Tatsui dan Dragon sudah benar-benar siap melawan.
Lalu hal yang tak kalah mengejutkan terjadi. Tiba-tiba ular raksasa Gurun
Zuci membuka mulutnya lebar-lebar, kemudian menurunkan kepalanya dengan
cepat menuju ke bawah, untuk dapat melahap Dragon serta Tatsui. Ternyata
hal yang sudah di antisipasi oleh Dragon, benar-benar terjadi. ular itu
memang berniat untuk memakan mereka berdua.
Tanpa aba-aba, Dragon dan Tatsui segera melompat ke arah yang saling
berlawanan, sehingga mereka berdua dapat terhindar dari lahapan mahluk
besar itu, lalu tubuh mereka terhempas oleh hembusan dari terjadinya
benturan keras antara mulut ular raksasa dan permukaan pasir, hingga kepala
ular raksasa itu benar-benar terbenam ke dalam permukaan pasir tersebut.
Kini posisi Dragon dan Tatsui jadi terpisah, mereka masing-masing berada di
kedua sisi kepala sang ular,
Kemudian Tatsui memutuskan untuk hinggap dan berpegangan pada sisik di
bagian kepala ular raksasa itu, dia juga menyuruh Dragon untuk melakukan
hal yang sama, jadi mereka berdua sekarang hinggap di kedua sisi kepala
ular yang sangat besar itu.
Karena jika mereka menghadapi mahluk itu dari bawah, maka mereka berdua
hanya akan menjadi sasaran empuk yang mudah untuk diserang, sedangkan
dengan memanfaatkan keuntungan mereka sebagai mahluk yang lebih kecil, maka
mereka dapat menyerang musuh mereka yang berukuran lebih besar, dengan cara
menghinggapinya lalu mengincar bagian tubuh yang paling vital, contohnya
seperti mata.
Sang ular raksasa mengangkat lagi kepalanya ke atas untuk mengamati lagi
keadaan di sekitarnya, dia mencari dua orang manusia yang tidak berhasil
dilahap oleh mulutnya, namun mereka berdua tidak ada dimanapun, walaupun
kepala ular raksasa itu sudah beberapa kali berputar-putar untuk mencari
keberadaan Dragon dan Tatsui. Mereka tidak ada dimanapun karena saat ini
kedua orang tersebut sedang berada di kepalanya, atau lebih tepatnya sedang
berpegangan pada sisik di bagian kepalanya.
Beberapa saat kemudian, Dragon berteriak. “Ayo kita serang bersama!” Lalu
Tatsui yang menyadari ajakan tersebut, segera meloncat dan hinggap dari
satu sisik ke sisik yang lain, untuk mendekati bagian mata sang ular,
begitupun juga halnya dengan Dragon yang semakin mendekati mata sang ular
di sisi sebaliknya.
Tatsui dan Dragon sudah sampai di dekat mata ular yang sedang memandangi
pasir di bawahnya itu, lalu Dragon menyiapkan pisau belati yang ada di
tangannya, untuk dihunuskan ke mata sang ular, begitupun halnya dengan
Tatsui, yang juga sudah memegang pisau belati di tangannya kuat-kuat.
Kemudian secara bersamaan, mereka berdua mulai melancarkan serangannya
masing-masing. Dragon menusuk mata sebelah kanan sedangkan Tatsui menusuk
mata sebelah kiri. Mereka berdua melakukannya dengan sekuat tenaga.
Namun mereka berdua sama-sama terkejut, saat menyadari bahwa serangan
mereka berdua itu ternyata tidak mempan sama sekali. Kedua mata ular
raksasa itu sangat keras, sekeras berlian, baik ditendang maupun ditusuk
tetap tidak akan mempan, Dragon dan Tatsui terus mencoba untuk menusuk mata
sang ular, bahkan mereka berdua juga sudah mencoba untuk menyayat sisik
serta bagian-bagian tubuh lain yang ada di dekat matanya, namun seluruh
permukaan kulit beserta sisik dari ular raksasa itu sangatlah keras dan
tidak mudah digores sedikitpun.
Kemudian, sang ular yang telah menyadari bahwa kedua manusia itu sedang
berada di dekat matanya, segera menggeleng-gelengkan kepalanya supaya tubuh
Dragon dan Tatsui terombang-ambing, hingga mereka berdua dapat dijatuhkan
dari kepalanya.
Tapi ternyata kedua manusia yang sedang hinggap di kepalanya tersebut,
sangat susah untuk disingkirkan. Mereka berdua berpegangan dengan begitu
kuat supaya tidak jatuh ke bawah. Setelah beberapa saat
menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu sang ular berhenti sejenak, dia
melihat ke bawah dan sepertinya mulai memutuskan untuk menyelam lagi ke
dalam pasir. Jika hal itu sampai terjadi, maka tubuh Dragon dan Tatsui akan
ikut terbawa lalu terkubur di dalam pasir.
Mereka berdua segera memanjat ke atas kepala sang ular, supaya bisa saling
bertemu dan bertatap muka satu sama lain. Dan setelah mereka sampai di
atas, ternyata ular itu mencoba untuk menghempaskan lagi mereka berdua,
dengan cara mengibaskan kepalanya ke kiri dan ke kanan, namun mereka berdua
tetap berpegangan erat pada sisik sang ular.
Kemudian Dragon berteriak, “Kita harus cari kelemahannya!”
Setelah mendengar perkataan tersebut, Tatsui segera melihat ke segala arah,
Tatsui memperhatikan seluruh bagian tubuh sang ular untuk mencari celah
atau goresan yang dapat dilukai. Lalu beberapa saat kemudian mereka berdua
sama-sama menemukan satu buah sisik yang sedikit terkelupas. Letaknya
berada tepat di tengah dahi sang ular raksasa tersebut.
Tatsui menyuruh Dragon untuk menancapkan pisau belatinya pada sisik yang
sedikit terkelupas itu, lalu Dragon segera naik ke kepala sang ular untuk
kemudian berlari menuju ke bagian tengah dahi dan mendekati sisik sang ular
yang sedikit terkelupas itu. Namun waktu mereka telah habis, karena sang
ular telah benar-benar memutuskan untuk kembali menyelam ke dalam pasir.
Dia menurunkan kepalanya ke bawah lalu membenamkan seluruh tubuhnya ke
dalam pasir sambil terus melaju.
Tatsui segera melepaskan pegangannya dan meloncat menjauhi tubuh sang ular
ketika hal itu terjadi, supaya dia tidak ikut masuk ke dalam pasir,
sedangkan Dragon yang sudah menancapkan pisau belatinya pada celah di sisik
sang ular yang sedikit terkelupas, ternyata tidak sempat untuk meloncat
dari kepala sang ular, dan malah tetap berpegangan pada pisau belati yang
telah tertancap kuat di celah sisik sang ular tersebut, sehingga tubuh
Dragon ikut terbawa menyelam ke dalam pasir.
Tatsui yang melihat hal itu merasa khawatir kepada Dragon, karena dia takut
kalau tubuh Dragon akan terkubur di dalam Gurun pasir yang terbentang luas
itu. Namun beberapa saat kemudian, sang ular raksasa kembali muncul ke
permukaan sambil mendongakan kepalanya ke atas langit, seperti sedang
merasakan kesakitan.
Tatsui hanya terperangah melihat hal itu, dia terus memperhatikan kepala
sang ular untuk mencari keberadaan Dragon, yang ternyata masih sedang
bergelantung sambil memegangi gagang pisau belati yang menancap kuat pada
dahi sang ular, sekujur tubuhnya dipenuhi oleh pasir, dan dia juga sesekali
meludahkan pasir dari mulutnya. Dragon sepertinya sangat kesulitan untuk
bertahan pada genggamannya tersebut.
Maka dari itu, Tatsui segera bertindak, dia mencoba untuk memancing
perhatian sang ular dengan cara melambaikan kedua tangannya sambil
berteriak-teriak memanggil ular raksasa tersebut, supaya keberadaanya dapat
segera disadari oleh sang ular. Dan ternyata benar saja, mata ular raksasa
itu langsung tertuju kepada Tatsui, kemudian dia mulai menggerakan
kepalanya untuk menoleh, lalu diikuti oleh seluruh tubuhnya yang mulai
bergerak untuk menghampiri Tatsui.
Setelah itu, Tatsui yang menyadari bahwa dirinya sudah mulai diincar oleh
sang ular untuk dilahap, segera berbalik dan berlari secepat mungkin untuk
menjauh dari kejaran ular raksasa itu, sambil sesekali melihat ke belakang,
untuk mengetahui bagaimana keadaan Dragon sekarang.
Dragon sudah kembali di posisi atas dan tidak lagi bergelantungan, tepat di atas dahi sang ular raksasa
yang sedang mengejar Tatsui, dan dia sudah dapat berdiri dengan stabil
sekarang. Kemudian Dragon segera mendapat sebuah ide, dia mengambil tali
ajaib dari dalam kantung miliknya, kemudian melilitkan tali tersebut ke
gagang pisau belati juga kepada sisik sang ular yang sedikit terkelupas.
Sementara itu, mulut sang ular sudah sangat dekat dengan tubuh Tatsui,
sebentar lagi tubuh Tatsui akan segera dilahap olehnya. Dengan
perasaan panik dan sedikit takut, Tatsui terus berlari kencang dengan
sekuat tenaganya, walaupun hal itu tidak akan ada gunanya, karena saat dia
menoleh ke belakang, dia melihat rahang sang ular raksasa yang telah
terbuka cukup lebar, yang menunjukan betapa gelap dan dalamnya tenggorokan sang ular.
Lalu secara tiba-tiba, Dragon menginjak-injak pisau belati yang tertancap
di dahi sang ular hingga pisau tersebut menusuk semakin dalam. Hal itu
membuat sang ular raksasa merasa sangat kesakitan hingga akhirnya dia
mengurungkan niatnya untuk melahap Tatsui. Dia mengangkat kepalanya ke atas
lalu mengibas-ngibaskannya untuk menyingkirkan manusia yang sedang berada
di atas kepalanya itu.
Manusia tersebut sangatlah merepotkan serta menyusahkan bagi sang ular
raksasa itu. Bayangkan jika ada mahluk kecil yang hinggap dan menyengat
kulit kepala kita berkali-kali, pasti rasanya menjengkelkan. Itulah yang
sedang dirasakan oleh sang ular raksasa saat ini, dia tidak punya tangan
untuk menepis mahluk yang sedang hinggap di kepalanya itu. Walau
dengan berbagai macam upaya yang telah dilakukannya, supaya Dragon dapat
terhempas dari kepalanya, namun Dragon tetap berpegangan dengan kuat
sehingga diriya tidak bisa dijatuhkan.
Saat kepala ular raksasa itu sudah sedikit lebih tenang, Dragon melancarkan
strateginya. Dia segera menjatuhkan dirinya ke bawah, dengan tangan yang
terikat pada tali ajaibnya, yang sudah tersambung dengan pisau belati dan
sisik di dahi sang ular. Tali tersebut terus memanjang, hingga posisi
Dragon kini berada di bawah dagu sang ular, lalu ketika ular raksasa itu
kembali mengibaskan kepalanya, maka tubuh Dragon yang sedang menggelantung
itupun juga ikut terkibaskan dengan sangat cepat dan kuat. Namun Dragon
terus berusaha untuk berpegangan pada tali ajaibnya dengan sekuat tenaga
sehingga tubuhnya tidak dapat terlemparkan namun hanya terombang-ambing
saja ke kiri dan ke kanan.
![]() |
| Tubuh Dragon terombang-ambing sambil terus berpegangan erat pada tali ajaibnya, yang terikat pada pisau belati di sisik sang ular. |
Ternyata tarikan-tarikan dari tubuh Dragon yang terombang-ambing itu,
membuat pisau belati dan sisik yang ada di atas kepala sang ular, perlahan-lahan menjadi
semakin mengelupas, dan akan segera tercabut. Hal itu disebabkan karena
saking kuatnya hempasan dari sang ular raksasa, sehingga dapat membantu
Dragon untuk menarik serta mencopot sisik yang sudah terikat oleh tali
ajaibnya di atas sana.
Sampai akhirnya, pisau belati yang awalnya menancap kuat tersebut, kemudian
benar-benar tercabut sepenuhnya, bersamaan dengan sisik sang ular. Kedua
benda tersebut kini benar-benar tercabut, sehingga tubuh Dragon langsung terjatuh ke bawah.
Hal itu membuat sang ular mengalami rasa sakit yang luar biasa, sehingga
mahluk raksasa itu terus menerus mengibaskan kepalanya sambil membuka
mulutnya lebar-lebar, sedangkan tubuh Dragon akhirnya terjatuh di atas
gundukan pasir, tak jauh dari tempat ular raksasa yang sedang mengamuk itu berada.
Namun beberapa saat kemudian, tiba-tiba tubuh ular raksasa itu mulai masuk kembali ke dalam
tanah, seperti sedang mundur ke belakang, dengan kepalanya yang juga mulai dibenamkan lagi ke dalam pasir. lalu lama-kelamaan kepala hingga mulut sang
ular akhirnya benar-benar amblas ke dalam pasir, hingga tak menyisakan bekas
apapun selain hamparan gurun pasir.
Setelah itu, Dragon segera berdiri dan menyiapkan lagi dua buah pisau belati di
tangannya. Dia bersiap untuk menghadapi lagi serangan kejutan dari sang
ular, karena mungkin saja mahluk raksasa tersebut akan muncul lagi di bawah kakinya,
maka dari itu Dragon terus memperhatikan seluruh keadaan di sekitarnya
dengan seksama, dia terlihat sangat waspada, benar-benar sangat waspada.
Tak lama kemudian, dari kejauhan, Dragon melihat ular raksasa itu muncul ke
permukaan, namun jarak ular raksasa itu semakin lama semakin
menjauh, sepertinya sang ular telah memutuskan untuk meninggalkan Dragon
disana. maka setelah itu Dragon jadi sedikit lebih tenang sekarang, karena
mahluk besar yang tadi mau memakannya itu kini akhirnya telah pergi jauh.
Dragon segera menjatuhkan dirinya ke pasir, dan berbaring disana untuk
waktu yang cukup lama, karena dia sudah kelelahan.
Sambil berlari terengah-engah, Tatsui datang menghampiri Dragon dan bertanya apakah dia baik-baik saja,
lalu Tatsui juga bertanya mengapa ular raksasa itu pergi meninggalkan
mereka begitu saja, hanya karena satu sisiknya berhasil dicabut? Kemudian
Dragon menjawab pertanyaan tersebut dengan menyuruh Tatsui supaya jangan
terlalu memikirkannya, yang penting mereka berdua bisa selamat dari bahaya
yang sangat besar tadi, lalu Tatsui hanya menanggapi ucapan dari Dragon
itu dengan mengangguk, dan dia juga benar-benar bersyukur karena
bahaya yang harus mereka berdua hadapi, akhirnya telah benar-benar berlalu.
Hari sudah mulai sore, Tatsui dan Dragon terlihat sedang berjalan bersama
di tengah Gurun pasir, tanpa air dan makanan sama sekali. Mereka
berdua berjalan tertatih-tatih karena sudah merasa kehausan juga kelelahan,
setelah sebelumnya berhasil selamat dari serangan ular raksasa Gurun Zuci,
kini mereka harus berhadapan dengan bahaya yang selanjutnya, yaitu berjalan
seharian di tengah Gurun pasir yang sangat panas dan luas, tanpa adanya
makanan juga minuman.
Yang mereka bawa hanyalah barang-barang perlengkapan mereka saja, selain
itu Dragon juga terlihat membawa sisik yang telah dia copot dari tubuh sang
ular raksasa. Dia menyelipkan sisik itu di sabuknya. Dragon membawa benda
tersebut sebagai cinderamata yang telah dia dapatkan dari sang penjaga
Gurun Zuci tersebut.
Lalu Melinda berbisik kepada Dragon, “Aku masih belum benar-benar
mempercayainya, mahluk besar yang dulunya ramah itu, kini dengan mudahnya
menyerang manusia yang sedang melewati Gurun Zuci. Itu mustahil.”
“Kau juga lihat sendiri tadi, ular itu mencoba melahap kami. jika aku tidak
mengambil tindakan, maka perjalananku akan berakhir di tempat ini.” Ujar
Dragon kepada Melinda.
“Hmm... Banyak sekali hal yang sudah berubah selama 25 tahun ini.” Kata
Melinda.
Kemudian Tatsui bertanya kepada Dragon. “Kau sedang berbicara dengan
siapa?”
Dragon sedikit kaget, lalu dia menjawab pertanyaan dari Tatsui. “Eh, anu,
aku sedang mengalami... Fatamorgana.”
“Ada-ada saja kau ini.” Ucap Tatsui sambil tersenyum. Setelah itu Tatsui
menoleh ke belakang, lalu dia menghentikan langkah kakinya dan sempat
terdiam untuk sejenak. Kemudian dia mulai berbicara lagi kepada Dragon.
“Sepertinya aku juga mengalami fatamorgana.”
“Apa?” Tanya Dragon kebingungan.
“Tak hanya melihatnya saja, aku juga bisa mendengar suara dari fatamorgana
tersebut... Suara yang memanggil-manggil nama kita berdua dari sebuah
kereta kuda.” Kata Tatsui.
Ternyata itu memang suara teriakan dari Nara dan Beppu, yang sedang
mengendarai kereta kuda menuju ke arah Dragon dan Tatsui, itu sama sekali
bukanlah fatamorgana seperti yang sedang dipikirkan oleh Tatsui saat ini.
Setelah Nara dan Beppu sampai di dekat mereka, mereka berdua terlihat sangat gembira karena telah berhasil ditemukan, begitupun
juga dengan Nara dan Beppu yang sangat senang karena kedua orang temannya
itu masih hidup, walau telah bertarung menghadapi ular raksasa Gurun Zuci
hanya berdua saja. Nara dan Beppu berkata bahwa mereka segera bergegas
untuk menjemput kedua temannya itu setelah mereka dapat menenangkan serta
mengendalikan kudanya kembali,
Sehingga kini setelah mereka berempat telah berhasil bertemu lagi, maka
selanjutnya mereka berempat akan kembali melanjutkan perjalanannya menuju
ke Kerajaan Nexus, atau lebih tepatnya mampir di Kota Togu terlebih dahulu,
supaya Tatsui dapat ikut dalam Turnamen disana. Kini mereka akan melewati
Gurun Zuci yang sangat luas itu bersama-sama lagi. Untuk menuju ke wilayah Kerajaan Nexus.
Bersambung . . .
Chapter selanjutnya : Journey of the Dragon Chapter 10
Chapter sebelumnya : Journey of the Dragon Chapter 8
Poin-poin Penting cerita :
- Kuda Nara dan Beppu panik setelah melihat seekor ular raksasa keluar dari dalam pasir, lalu kuda itu pergi meninggalkan Dragon dan Tatsui, sambil membawa Nara dan Beppu yang berada di kursi pengemudi.
- Dragon bersiap untuk kemungkinan terburuk, dia memunculkan pisau belati di kedua tangannya, yang diberikan oleh Melinda. Dragon juga memberikan Tatsui dua buah pisau belati.
- Ular raksasa itu menyerang mereka berdua sehingga Dragon harus mengambil tindakan untuk menyerang, supaya mereka berdua bisa bertahan hidup.
- Dragon dan Tatsui hinggap di kepala sang ular untuk dapat menusuk matanya, namun mata dan sebagian besar dari tubuh ular raksasa itu sangatlah keras, seperti berlian.
- Dragon dan Tatsui menemukan satu buah sisik yang sedikit terkelupas, lalu Dragon memutuskan untuk menancapkan pisau belatinya pada celah di sisik yang terkelupas tersebut.
- Dragon melilitkan tali ajaibnya pada gagang pisau serta sisik ular tersebut, untuk kemudian dia tarik dengan cara menjatuhkan dirinya ke bawah kepala sang ular, lalu bergelantungan dan memanfaatkan kibasan kuat dari snag ular, sehingga pisau belati serta sisik di kepala ular raksasa itu dapat tercabut.
- Setelah salah satu sisiknya berhasil dicabut oleh Dragon, Tiba-tiba ular raksasa itu memutuskan untuk pergi meninggalkan Dragon dan Tatsui. Walaupun mereka berdua sama-sama tidak tahu mengapa hal itu bisa terjadi, namun yang penting sekarang mereka berdua telah berhasil terbebas dari bahaya.
- Beberapa lama kemudian, Dragon dan Tatsui berjalan di Gurun Zuci sambil merasa kehausan dan kelaparan. Dan yang Dragon dapatkan dari perjuangannya tadi hanyalah sebuah sisik, yang dia bawa dengan cara diselipkan di sabuknya.
- Lalu ternyata Nara dan Beppu berhasil menemukan mereka berdua, setelah kuda mereka sudah dapat dikendalikan kembali. Jadi kini mereka berempat akan melanjutkan lagi perjalanannya ke Kerajaan Nexus bersama-sama.








No comments:
Post a Comment