Friday, September 28, 2018

Journey of the Dragon : Chapter 4

Chapter 4 : A Warrior from Fulcan part 2

   Dikisahkan sebelumnya, Dragon mendatangi Tebing utara lalu mendaki sampai ke puncaknya, untuk mencari keberadaan dari Night crow (Orang yang telah membunuh gurunya). Namun sayang, Dragon tertangkap oleh para anak buah dari Stellan Flaur, yakni seorang Penyihir jahat yang memiliki Kastil di puncak Tebing tersebut, dan memiliki banyak prajurit untuk meringkus siapa saja yang berani memasuki wilayahnya. Selain itu, bersama para prajuritnya tersebut dia juga telah banyak menjajah Desa-desa kecil, juga menculik para warga Desa untuk dijadikan budak yang harus mematuhi setiap keinginannya.

   Dragon yang terlanjur memasuki daerah kekuasaannya itu, mau tak mau harus bersedia mengabdi pada Stellan flaur untuk selama-lamanya, tapi Dragon bersikeras menolak hal tersebut, karena dia memiliki urusan yang lebih penting daripada harus mengabdi di Kastil itu untuk selama-lamanya. Kemudian, setelah Dragon menceritakan tentang alasannya datang ke Tebing utara (Yakni untuk mencari Night crow). Maka Stellan flaur jadi tertarik untuk membuat sebuah kesepakatan dengan Dragon, karena ternyata Stellan flaur merupakan anggota baru dari kelompok Emperors unity, yang artinya dia juga pasti mengenal Night crow.

   Jika hal itu memang benar, maka artinya Flaur adalah seseorang yang memiliki kemampuan luar biasa hingga dia bisa disejajarkan dengan Night crow, yang juga adalah salah satu anggota dari kelompok Emperors unity. Flaur bilang bahwa sekitar satu minggu yang lalu Night crow memang pernah datang ke Kastilnya untuk membicarakan tentang suatu urusan sebagai sesama anggota kelompok Emperors unity. Sontak saja hal tersebut membuat Dragon menjadi semakin penasaran dan ingin supaya Flaur segera memberitahunya tentang dimana keberadaan Night crow. Tetapi sebelum Flaur akan membicarakannya lebih lanjut kepada Dragon, salah satu anak buah Flaur yang bernama Krypt, menantang Dragon dalam sebuah pertarungan pedang. Karena Krypt meragukan kemampuan Dragon yang punya ambisi untuk melawan Night crow tersebut.



Dragon melawan Krypt.


   Beberapa saat kemudian, mereka berdua melangsungkan pertarungan pedang yang cukup sengit di hadapan Flaur. Namun ternyata hasilnya, Dragon berhasil dikalahkan oleh Krypt, sehingga Dragon tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain harus menerima apa yang akan terjadi selanjutnya. Dragon sempat beralasan bahwa kekalahannya tersebut disebabkan oleh kondisi tubuhnya yang kelelahan setelah seharian mendaki Tebing.

   Setelah pertarungan tersebut selesai, Flaur segera memberitahukan keputusannya. Dia menyuruh Dragon untuk bermalam di dalam ruang penjara miliknya, sambil menunggu untuk diberitahu tentang kesepakatan yang ingin Flaur buat dengan Dragon, pada esok hari. Jadi saat itu, mau tak mau Dragon harus menghabiskan waktu semalaman di dalam penjara yang kotor, dingin dan gelap.

   Di perjalanannya menuju ke ruangan penjara, Dragon melihat banyak sekali pelayan serta budak yang dimiliki oleh Stellan Flaur, mereka semua bekerja dengan raut wajah yang terlihat sedih serta sangat kelelahan, namun tak ada yang dapat Dragon lakukan untuk bisa menolong mereka di kala itu. Beberapa saat kemudian, Dragon sudah masuk dan dikunci di dalam ruangan penjara, untuk menghabiskan waktu malam disana.

   Ternyata di dalam ruangan penjara itu, Dragon tidak sendirian. Ada seorang Pria tua yang sepertinya sudah lama menghuni tempat tersebut, dia sempat bercerita kepada Dragon bahwa dirinya adalah seorang Kepala desa, yang diculik bersama para penduduk Desa yang lain, oleh Flaur beserta anak buahnya sekitar satu setengah tahun yang lalu. Tak hanya itu saja, bahkan Desanya juga dibuat hancur serta porak poranda akibat ulah dari Flaur tersebut.



Dragon di ruangan penjara bersama seorang Pria tua.



   Setelah mendengar cerita tentang Desa si Pria tua itu, Dragon berusaha untuk menghiburnya dan dia juga berkata bahwa dirinya pernah mengalami hal yang sama, karena Kerajaan tempat asalnya juga pernah dijajah dan kini sudah benar-benar dihancurkan, maka kini dia jadi tidak mempunyai lagi tempat untuk pulang. Karena tempat asalnya itu sudah rata dengan tanah, tempat yang dimaksud oleh Dragon adalah Kerajaan Fulcan (Kerajaan yang terlibat peperangan melawan Kerajaan Distra akibat hasutan dari Gold one).

   Pria tua yang merasa penasaran tentang hal yang terjadi dalam peperangan antara dua Kerajaan besar itu, meminta kepada Dragon supaya mau menceritakan hal-hal yang terjadi dalam peperangan tersebut. Dan untuk mengisi waktu yang membosankan di dalam penjara tempatnya dikurung, maka Dragon memutuskan untuk saling bertukar cerita dengan orang yang menjadi teman seruangannya itu.

   Karena Pria tua itu sudah menceritakan tentang kisahnya kepada Dragon, maka sekarang giliran Dragon yang harus menceritakan mengenai pengalamannya ketika dia ikut terlibat dalam peperangan antara dua Kerajaan besar (Kerajaan Fulcan melawan Kerajaan Distra). Berawal dari kisah perjalanan hidupnya di Kerajaan Fulcan. Tempat dimana dia bersama teman masa kecilnya tumbuh dewasa sambil menghadapi kerasnya kehidupan. Nama dari teman Dragon yang telah hidup bersama dan menemaninya sejak kecil itu adalah, Kai.

   Lalu setelah mereka berdua sudah tumbuh menjadi dua orang lelaki tangguh yang memiliki keahlian untuk berkelahi. Maka keduanya memutuskan untuk bergabung ke dalam pasukan Kerajaan, lalu diangkat secara resmi menjadi dua orang Prajurit Kerajaan Fulcan. Mereka berdua telah bersumpah untuk menjadi Prajurit terhormat dan terhebat, serta akan membela Kerajaan Fulcan hingga titik darah penghabisan.

   Mereka berdua sangat senang dan bangga ketika telah diterima secara resmi ke dalam pasukan Kerajaan Fulcan. Setiap hari mereka giat berlatih dan selalu menjalankan tugas dengan disiplin. Satu hal yang selalu mereka idam-idamkan sepanjang hidup mereka, yaitu memiliki kehidupan yang terjamin dan masa depan yang cerah untuk hari tua mereka nanti, karena memang setiap pensiunan prajurit Fulcan hidupnya dijamin akan lebih makmur dan sejahtera, sehingga mereka berdua begitu yakin bahwa impian tersebut sudah ada di genggaman mereka.

   Namun takdir berkata lain, dalam sekejap mata semua itu akhirnya sirna hingga tak berbekas. Berawal dari konflik-konflik antara Kerajaan Distra dan Kerajaan Fulcan yang tak kunjung usai, lalu berlanjut pada pecahnya peperangan di antara kedua Kerajaan besar tersebut, yang telah membawa kesengsaraan terhadap kedua belah pihak.

   Sebagai prajurit, Dragon dan Kai mau tak mau harus ditempatkan di tengah-tengah konflik antara kedua Kerajaan, dan telah melalui berbagai pertempuran. Hingga pada puncaknya, mereka berdua ditugaskan untuk ikut dalam perang besar di perbatasan antara Kerajaan Fulcan dan Kerajaan Distra yang akan berlangsung secara besar-besaran. Dragon, Kai juga para prajurit junior yang lain, harus ikut berpartisipasi ke medan pertempuran untuk mempertahankan Kerajaan Fulcan dari serangan musuh. Hampir seluruh pasukan dikerahkan menuju ke perbatasan, untuk menghalau serangan dari pasukan Kerajaan Distra, yang dipimpin langsung oleh sang Raja sendiri. Yang bernama Kio Bormir (Raja dari Kerajaan Distra).

   Seluruh pasukan Fulcan yang berjumlah kurang lebih sekitar 100 ribu orang prajurit, telah berjajar di sebuah padang rumput yang tandus dan gersang. Mereka semua dipimpin oleh seorang Jenderal, yang mengemban sebuah tanggung jawab besar dari Raja Fulcan untuk dapat mempertahankan wilayah Kerajaannya.



Jenderal dari Kerajaan Fulcan memimpin pasukan.



   Panas yang terik serta burung bangkai yang berterbangan di langit, menemani seluruh pasukan Fulcan di tempat itu. Dragon dan Kai ada di dalam barisan para prajurit tersebut. Mereka terlihat sudah memakai pakaian perang lengkap dan siap untuk bertarung. Namun Kai terlihat gugup dan gelisah disana, sepertinya pikiran Kai sedang tidak tenang di kala itu.

   Dragon menyikut Kai sambil berkata. “Jangan cemas, kita tidak akan kalah dari Kerajaan Distra. Setelah pulang dari perang ini, ayo kita berendam air hangat seharian, bagaimana?”

   “Seperti biasa, kau selalu bersemangat dalam menghadapi apapun... Dragon, ini semua berbeda dari apa yang kita harapkan. Pada awalnya kita hanya berencana untuk hidup senang sebagai seorang prajurit terhormat. Tapi jika kita berdua mati disini. Maka semua hal yang telah kita rencanakan akan hilang dan sia-sia.” Jawab Kai.

   “Justru itu kau juga harus ikut bersemangat sama sepertiku, ini semua juga adalah bagian dari rencana kita. Jika Kerajaan kita menang, maka kita berdua akan disambut sebagai pahlawan ketika pulang nanti, dan kita juga akan mendapatkan kenaikan pangkat. Lalu kehidupan kita akan menjadi semakin baik lagi. Benar kan?” Tanya Dragon dengan ekspresi wajah yang penuh antusias.

   “Ya... Itu jika kita berdua bisa kembali dengan selamat, jika salah satu dari kita mati, atau jika kita berdua mati, bagaimana?” Kai balik bertanya.

   “Maka dari itu kau harus optimis, jangan selalu membayangkan kekalahan. Kita berdua sudah melalui banyak pertarungan yang keras bukan? Kau tahu mengapa kita selalu menang?”

   “Kenapa?” Tanya Kai.

   “Karena kita selalu saling menjaga satu sama lain. Kau punya aku, aku punya kau. Kita tidak akan kalah. Ini adalah waktu yang tepat untuk menunjukan siapa diri kita kepada seluruh penduduk di Kerajaan Fulcan. Kita bukan lagi dua orang bocah yang tinggal di sebuah gang sempit. Kita ini adalah dua orang prajurit terhormat sekarang. Jadi ayo bertarunglah bersamaku untuk memenangkan perang ini.” Ajak Dragon kepada sahabatnya itu.

   “Kau memang selalu bisa meyakinkan diriku. Baiklah kalau begitu... Selama ini aku tidak pernah menolak ajakanmu. Dan aku tidak akan memulainya sekarang.” Ucap Kai.

   “Mantap sekali kawan.”

   Lalu Kai berbicara kembali, “Oh iya... Berjanjilah padaku.”

   “Janji apa?" Tanya Dragon.

   “Kita berdua harus selalu saling melindungi.”

   “Tentu saja.” Jawab Dragon sambil menganggukan kepalanya.



Dragon berdampingan dengan Kai di barisan prajurit.



   Tak beberapa lama kemudian, pasukan Distra sudah mulai tiba di tempat tersebut. Raja Bormir berada di posisi paling depan. Dia berada di dalam tandu yang terletak pada punggung seekor gajah besar, didampingi oleh jajaran prajurit berkuda di sekitarnya, dan para prajurit dengan jumlah yang begitu banyak berjalan dibelakangnya, lebih banyak dari jumlah pasukan Fulcan yang berada di tempat itu untuk menghadang mereka.



Raja Distra menyaksikan perang di dalam tandu.



   Setelah kedua belah pihak sudah saling berhadapan dengan jarak yang cukup jauh di tempat itu, suasana disana berubah menjadi hening dan sedikit mencekam, karena mereka semua akan segera melangsungkan pertarungan disana. Sang Jenderal dari pihak pasukan Fulcan mulai bergerak. Dia ditemani oleh salah seorang prajurit pergi untuk menghampiri dan menghadap Raja Bormir yang sedang duduk dengan santai di dalam tandu. Kedua belah pihak akan bernegosiasi untuk menentukan berlangsungnya perang yang akan terjadi di tempat tersebut.

   Setelah memberi hormat, Jenderal mulai berbicara, “Aku mewakili Raja Zyros dari Kerajaan Fulcan. Beliau bertanya, apakah peperangan adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah di antara kedua Kerajaan kita? Seharusnya anda bisa lebih bijaksana lagi.”

   “Aku telah menawarkan cukup banyak kebijaksanaan kepada Kerajaan Fulcan. Tetapi yang selalu kudapatkan hanyalah penghinaan dan pandangan rendah dari Kerajaanmu.” Ucap Raja Bormir.

   “Mengapa anda bisa beranggapan seperti itu?” Jenderal bertanya lagi kepada Raja Bormir.

   “Semuanya sudah sangat jelas bagiku. Seseorang telah membuatku membuka mata dan menyadari bahwa selama ini, Kerajaan Distra yang merupakan Kerajaan paling kuat, selalu menyembunyikan kekuatannya, sehingga Kerajaan lain mulai menertawakan dan meremehkan Kerajaan Distra dari belakang. Disamping semua masalah yang terjadi di antara kedua Kerajaan kita. Ini adalah waktu yang tepat untuk menunjukan betapa kuatnya Kerajaan Distra kepada semua orang di seluruh negeri Azhuloth.” Begitulah jawaban dari Raja Bormir.

   “Astaga, siapa yang telah mempengaruhi anda? Tindakan dari Yang mulia ini akan mempengaruhi kedamaian dari tiga Kerajaan besar, yang selama ini sudah kita jaga bersama-sama.” Ucap sang Jenderal dengan sedikit nada emosi.

   “Setelah semua yang kualami, setelah aku kehilangan banyak hal yang begitu berharga bagiku, aku sudah tidak lagi mempedulikan tentang kedamaian di antara ketiga Kerajaan. Inilah saatnya, Negeri Azhuloth akan menjadi milik Kerajaan Distra seluruhnya.” Raja Bormir mengatakan hal tersebut dengan ekspresi wajah yang tampak mengerikan.

   Tak lama Kemudian, Jenderal dari Kerajaan Fulcan sudah kembali ke dekat pasukannya. Salah seorang prajurit berkuda yang ada disana bertanya kepada Jenderal tentang bagaimana hasil dari negosiasi yang telah dilaksanakan tersebut. Lalu sang Jenderal menjawab bahwa sepertinya Raja Bormir telah dipengaruhi oleh seseorang, dan kini Raja Bormir sudah tidak dapat lagi dibujuk, hatinya sudah benar-benar tertutup oleh ambisi untuk dapat mengambil alih seluruh Negeri. Ini adalah salah satu dampak dari keberanian Darkros yang telah menyerang Kerajaan Nexus 23 tahun yang lalu.

   Sementara itu, Kai berbisik kepada Dragon untuk menanyakan apakah negosiasinya berjalan dengan lancar atau tidak. Lalu Dragon menjawab bahwa sepertinya negosiasi tersebut tidak berjalan dengan lancar. Karena hal itu terlihat dari ekspresi sang Jenderal yang tampak sangat kesal.

   Beberapa saat kemudian, suara dari terompet peperangan yang ditiupkan oleh prajurit dari pihak Kerajaan Distra mulai terdengar ke seluruh penjuru tempat itu. Hal tersebut menandakan bahwa perang segera dimulai. Kedua kubu pasukan mulai menyiapkan senjata dan perisai di tangan mereka masing-masing. Begitupun juga dengan Dragon dan Kai.

   Raja Bormir mulai mengeluarkan pedang dan menjulurkannya ke arah pasukan musuh. Kemudian seluruh pasukan Distra mulai maju secara serentak untuk menyerang pasukan Fulcan. Begitu juga dengan pasukan Fulcan yang diperintahkan oleh Jenderal untuk maju menghadapi seluruh pasukan Distra yang sedang berlari ke arah mereka.

   Raja Bormir duduk dengan nyaman di dalam tandu yang terletak di atas punggung gajah, sambil memperhatikan peperangan yang sedang berlangsung di hadapannya. Peperangan hebat itu sudah tidak dapat dihindari lagi, kedua kubu pasukan saling berbenturan dan menebas lawan satu sama lain, seperti dua ekor singa yang saling menerkam. Mereka mulai bertarung dan menumbangkan musuh yang harus mereka hadapi sebanyak mungkin. Seketika itu juga suasana yang awalnya hanya mencekam, berubah menjadi memanas dan semakin panas. Pertempuran untuk menguasai dan mempertahankan itu telah benar-benar dimulai. Pertumpahan darah adalah salah satu dari banyak hal yang mewarnai peperangan disana.

   Pasukan berkuda melaju dan membantai setiap prajurit musuh yang berpapasan dengan mereka. Suara dari pedang yang berbenturan terdengar saling sahut-menyahut. Kedua kubu pasukan benar-benar bertarung dengan sengit di medan pertempuran yang sangat luas itu. Padang tandus yang tadinya hanya berupa tanah, namun kini dibalut oleh banyak sekali cipratan darah dari para prajurit yang berguguran.

   Tak terhitung berapa jumlah kuda yang mati, apalagi jumlah dari para prajurit yang mati di tempat tersebut. Jumlah dari orang-orang yang kehilangan nyawanya semakin bertambah, seiring dengan lama berlangsungnya perang yang sangat brutal itu.

   Kai dan Dragon terlihat sedang berada di tengah-tengah segala kekacauan yang terjadi disana, mereka berdua saling memunggungi satu sama lain, sambil memperhatikan keadaan disekitar mereka. Setiap ada musuh yang mendekati mereka, maka mereka berdua akan saling bekerja sama untuk mengalahkan musuh tersebut, meskipun musuh yang datang berjumlah dua orang, tiga orang, atau bahkan lebih. Mereka tetap dapat mengalahkannya bersama-sama. Mereka berdua bertarung dengan sangat baik di tempat itu. Sepertinya tidak ada satupun prajurit Distra yang dapat menumbangkan kedua orang sahabat itu disana, karena mereka berdua sudah sangat terlatih untuk saling melindungi dan menyerang musuh dalam menghadapi pertarungan apapun, sehingga mereka berdua menjadi dua orang prajurit yang tak terkalahkan.



Dragon dan Kai saling memunggungi dan telah mengalahkan banyak musuh dalam pertempuran.


   Peperangan itu berlangsung selama dua hari dua malam. Kedua kubu sudah sangat kelelahan dan frustasi dalam menghadapi pertempuran di tempat itu. Pada malam hari, kedua kubu mendirikan tenda-tenda untuk beristirahat, makan, dan mengobati para prajurit yang terluka. Tidak terhitung suara teriakan kesakitan yang terdengar dari dalam tenda pengobatan yang ada di masing-masing wilayah kubu Kerajaan.

   Pada malam hari, Dragon dan Kai tampak sedang duduk di atas bebatuan sambil menyantap semangkuk bubur encer yang tentunya tidak akan membuat mereka berdua kenyang. Mereka makan sambil melihat bintang-bintang yang menghiasi langit malam. Kai berbicara kepada Dragon bahwa mereka berdua harus menghargai momen-momen indah seperti ini, karena siapa tahu hari esok adalah hari kematian bagi mereka. Tetapi Dragon tetap bersikeras, dia optimis bahwa mereka berdua pasti akan selamat sampai akhir dan Kerajaan Fulcan pasti akan menang. Memang begitulah sifat Dragon, jika dia sudah memiliki tekad dan keyakinan, maka dia akan terus bersikukuh pada tekadnya tersebut.

   Hari esok pun tiba, kedua kubu Kerajaan kembali saling berhadapan dan melangsungkan peperangan di area tandus yang luas itu. Dragon dan Kai berlari dengan penuh percaya diri serta semnagat untuk menghabisi setiap musuh yang mendekat ke arah mereka. Pasukan Distra sepertinya sudah mulai mengenali dan menakuti kedua sahabat tersebut, karena kemampuan yang mereka miliki.

   Pertempuran tersebut berlangsung hingga waktu siang hari tiba, walaupun cuaca di tempat itu sangat panas dan terik. Namun seluruh pasukan dari kedua kubu tidak terlalu menghiraukan hal tersebut. Mereka tetap bertarung dengan segenap kekuatan mereka, tidak ada jalan untuk kembali atau melarikan diri, karena setiap prajurit yang ikut ke dalam pertempuran tersebut adalah para lelaki tangguh yang sudah bersumpah untuk berjuang demi Kerajaan mereka masing-masing, dan sudah siap walaupun mereka harus mati di medan pertempuran tersebut.

   Namun lain halnya dengan Dragon dan Kai, selain untuk dapat mempertahankan Kerajaan mereka, kedua orang sahabat itu juga memiliki ambisi lain, yakni untuk meningkatkan reputasi mereka sebagai prajurit Kerajaan Fulcan terhebat, supaya saat pulang nanti, mereka dapat dianggap sebagai Pahlawan yang telah membawa Kerajaan Fulcan menuju kemenangan, dan menjadi terkenal di seluruh penjuru Negeri Azhuloth, lalu mendapatkan kehidupan mewah yang sangat mereka idam-idamkan. Maka dari itu mereka berdua benar-benar mengerahkan seluruh kemampuan mereka dalam peperangan tersebut, sehingga mereka dapat mengalahkan setiap musuh yang harus mereka hadapi.

   Namun ternyata ada yang berbeda dalam pertempuran di hari itu. Raja Bormir sepertinya sudah memanggil dua orang Kesatria resmi yang berasal dari Kerajaannya. Kedua Kesatria itu berjalan dengan santai melewati beberapa prajurit yang sedang bertarung. Mereka sepertinya akan membawa sebuah dampak besar terhadap peperangan yang sedang berlangsung disana.

   Sementara itu, Raja Bormir yang sedang duduk santai di dalam tandunya sambil menonton peperangan tersebut, berbicara kepada dirinya sendiri. “Awalnya aku hanya akan menggunakan pasukan biasa di perang perbatasan ini, sedangkan para Kesatria dan penyihir akan kukerahkan ketika menyerbu benteng Kerajaan Fulcan nanti... Tapi karena ternyata perlawanan yang diberikan oleh Pasukan musuh disini cukup merepotkan, sehingga keadaannya menjadi sangat mendesak. Maka aku terpaksa harus mengerahkan kekuatan yang lebih besar. Hanya dengan menambahkan dua orang Kesatria saja pada pertempuran ini, telah membuatku merasa lebih tenang sekarang, karena Kesatria yang telah kuutus kesana adalah Batro dan Slasher, yang merupakan dua orang Kesatria terbaik di Kerajaan Distra.”



Dua orang Kesatria dari Kerajaan Distra.


   Mereka berdua adalah lelaki yang terlihat tangguh, yang satu berambut hitam rapi, memakai penutup mata, serta memiliki senjata berupa meriam di kedua tangannya dan namanya adalah Batro, sedangkan yang satunya lagi berambut biru berdiri, tubuhnya sedikit tinggi, dan membawa sebuah pedang sabit berukuran besar, namanya adalah Slasher.

   Lalu tiba-tiba ada satu orang prajurit Fulcan yang datang untuk menyerang mereka, tanpa basa-basi, orang yang memiliki pedang sabit besar itu langsung menebas prajurit Fulcan tersebut hingga terbelah menjadi dua bagian.



Prajurit yang terkena serangan dari Slasher.


   Setelah itu dia mulai beraksi dengan melemparkan senjatanya ke depan, sehingga pedang sabit itu berputar dan memotong segala hal yang dilewatinya menjadi dua bagian. Banyak sekali prajurit Fulcan yang menjadi korban dari lesatan dan putaran dari pedang sabit tersebut.

   Lalu setelah senjata mengerikan itu kembali lagi ke genggaman tangannya, maka Slasher langsung melakukan aksi selanjutnya. Dia berlari untuk menyerang dan menebas setiap prajurit Fulcan yang dia temui secara membabi buta.

   Kai dan Dragon yang melihat hal tersebut, memutuskan untuk segera mendatangi dan melawan Slasher. Mereka berdua menyerang Slasher secara bergiliran, namun Slasher mampu menangkis semua serangan mereka dengan pedang sabitnya, begitu juga halnya dengan mereka berdua, yang tak disangka-sangka ternyata mampu untuk menangkis dan menahan setiap serangan mematikan dari Slasher.

   Slasher langsung menyadari bahwa kedua orang prajurit Fulcan itu sangat berbeda dari para prajurit lain yang telah dihabisi olehnya. Slasher merasa bersemangat untuk menghadapi mereka berdua, dia mulai mengayunkan pedang sabitnya tersebut kepada Dragon, juga kepada Kai dengan kekuatan tebasan yang semakin meningkat. Sehingga walaupun mereka berdua dapat menahan tebasan dari pedang sabit tersebut dengan pedang mereka, tapi tetap saja tubuh mereka dapat dihempaskan dengan mudah setelah terkena serangan tebasan kuat dari senjata yang mematikan itu.

   Batro mulai beraksi, dia mengarahkan meriam yang ada di kedua tangannya kepada prajurit-prajurit Fulcan yang dia lihat. Lalu dia mulai menembakan bola meriam yang melesat dengan cepat dan meledak saat telah mengenai targetnya. Sehingga ledakan besar terjadi di mana-mana dan mengakibatkan banyak musuhnya jadi berguguran secara masal. Batro terus menembakan bola meriam ke segala arah, bahkan dia tidak terlalu peduli walaupun tembakannya tersebut dapat mengenai para prajurit Distra yang merupakan pasukan miliknya sendiri.

   Sementara itu Kai dan Dragon masih tetap berusaha melawan Slasher. Mereka berdua mengerahkan seluruh kemampuan mereka untuk dapat mengalahkan Slasher yang memiliki kemampuan bertarung lebih kuat dari mereka. Dragon menahan tebasan dari pedang sabit Slasher dengan pedangnya, lalu Kai mendekat untuk mendaratkan sebuah tebasan pada perut Slasher, namun Slasher berhasil menghindarinya, tetapi Kai segera berguling untuk mengambil sebuah pedang tanpa pemilik yang tergeletak di dekat kaki Slasher. Kemudian Kai berhasil menebaskan pedang tersebut ke perut Slasher.

   Akhirnya mereka berdua berhasil melukai Slasher, namun tak beberapa lama kemudian, terdengar suara yang mengejutkan mereka berdua. Sang Jenderal dari Kerajaan Fulcan terlihat sedang berteriak sambil menunggangi kuda. Dia memerintahkan kepada seluruh prajurit untuk mundur, karena jumlah para prajurit Fulcan semakin berkurang dengan pesat, disebabkan oleh ledakan-ledakan yang berasal dari tembakan meriam di tangan Batro.

   Lalu tiba-tiba, sebuah meriam melesat dan menghancurkan tubuh sang Jenderal berkeping-keping bersama dengan kudanya. Jenderal dari Kerajaan Fulcan telah berhasil dikalahkan oleh Batro. Hal tersebut menimbulkan sebuah senyuman lebar di bibir Raja Bormir.

   Kai dan Dragon sangat terkejut setelah melihat Jenderal mereka telah diledakan, tetapi mereka berdua segera tersadar bahwa ada musuh yang harus mereka hadapi di depan mereka, yaitu Slasher. Ketika mereka berdua akan maju lagi untuk menyerang Slasher, secara mengejutkan sebuah meriam meluncur dan meledak di antara mereka berdua hingga keduanya terhempas dan terpisah dengan jarak yang cukup jauh.

   Beberapa saat kemudian Dragon mulai berdiri. Dengan telinga yang masih berdengung, dia mencoba untuk memperhatikan keadaan disekitarnya yang terlihat benar-benar kacau. Para prajurit Fulcan berlarian untuk meninggalkan tempat tersebut, ledakan terjadi di mana-mana, dan beberapa orang prajurit Fulcan yang pemberani masih terlihat sedang bertarung untuk menahan para prajurit Distra yang mencoba mengejar rekan sesama prajurit Fulcan lain, yang sedang berlarian.

   Dari kejauhan, Dragon akhirnya bisa melihat Kai. Dia sedang berdiri dan berhadapan dengan Slasher yang sedang memegang pedang sabit besar di genggaman tangannya, Sedangkan Kai sudah siap dengan dua pedang di tangannya. Slasher menatap Kai sambil menjilat bibirnya, menandakan bahwa dia akan sangat menikmati pertarungan tersebut. Sedangkan Kai menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat Dragon.



Kai berhadapan dengan Slasher.


   Lalu Kai berkata, “Dragon. pergilah dari sini, akan kutahan dia ... Perang sudah usai disini. Mereka akan sampai ke benteng Kerajaan Fulcan tak lama lagi, namun jangan khawatir, karena disana para Kesatria dan penyihir hebat dari Kerajaan Fulcan pasti akan dapat menghentikan mereka ... Sekarang pergilah.” Ucap Kai, seperti sedang menyampaikan salam perpisahan kepada Dragon.

   “Tidaak!! Kita sudah berjanji akan saling melindungi. Aku tidak akan pergi kemana-mana!” Dragon berteriak sambil berjalan tertatih-tatih. Sepertinya beberapa tulang di dalam tubuhnya telah patah, sehingga beberapa kali dia jatuh tersungkur.

   Lalu Slasher berbicara kepada Kai, “Sepertinya aku sudah tidak bisa lagi melawan kalian berdua secara bersamaan, karena yang satu orang itu sudah tidak dapat bertarung lagi.” Ucap Slasher.

   Kemudian Kai membalas perkataan tersebut, “Yang akan kau hadapi hanyalah aku!” Lalu Kai menyebut nama kedua temannya sesama prajurit yang kebetulan sedang lewat disana. “Flo, Pessi.” Kai memberi isyarat kepada kedau temannya itu untuk membawa Dragon pergi dari sana.

   Setelah itu Dragon segera dibawa oleh kedua prajurit Fulcan tersebut untuk pergi meninggalkan area pertempuran. Dragon sempat berontak dan tidak mau dibawa pergi, dia terus menerus memanggil nama Kai, tapi kemudian Kai hanya tersenyum menatap Dragon sambil berkata "Teruslah hidup, Dragon." Kalimat tersebut diucapkan oleh Kai secara singkat.

   Saking tidak maunya dibawa pergi, Dragon bahkan harus diseret oleh kedua orang temannya itu. Tubuh Dragon yang sudah kelelahan dan dipenuhi banyak luka, menyebabkan dirinya tidak berdaya untuk bisa melepaskan diri dan menghampiri Kai. Sehingga mau tidak mau dia harus meninggalkan sahabatnya bertarung sendirian melawan Slasher disana.

   Pasukan Fulcan terus dipukul mundur hingga mereka harus berlarian untuk dapat menyelamatkan diri. Dragon dan para prajurit Fulcan yang selamat dari medan perang, harus menerima keadaan yang tragis, karena mereka semua dikejar sambil ditembaki oleh ratusan anak panah, sehingga banyak dari mereka yang tidak berhasil selamat, walaupun sudah memasuki dan menyusuri hutan. Hingga akhirnya hanya tersisa Dragon dan kedua temannya saja, lalu mereka terpojok di dekat sebuah sungai dengan aliran air yang cukup deras. Dengan keadaan panik, mereka memutuskan untuk meloncat masuk ke dalam sungai. Dan ketika kedua teman yang sedang membopong Dragon itu akan membawa Dragon untuk meloncat bersama mereka, tiba-tiba anak panah melesat dan membunuh mereka berdua.

   Dragon yang sempat tersungkur dan kembali berdiri, segera menoleh ke belakang. Tapi naas, sebuah anak panah melesat dan menancap di dada kanannya. Hal itu menyebabkan tubuh Dragon sedikit terdorong menuju ke sungai dibelakangnya, dan akhirnya dia tercebur ke dalam sungai dengan aliran air yang cukup deras tersebut, sehingga tubuh Dragon yang tak sadarkan diri itu ikut terbawa oleh derasnya arus dari aliran sungai itu, meninggalkan mayat para prajurit Fulcan yang merupakan teman-teman seperjuangannya itu tergeletak di pinggir sungai tersebut.



Tubuh Dragon terpanah dan masuk ke dalam sungai.


   Kemudian, Dragon berhenti menceritakan tentang kisahnya, sehingga Pria tua yang ada di sebelahnya masih dihinggapi oleh rasa penasaran tentang apa yang terjadi kepada Dragon setelah itu, namun dia merasa senang karena Dragon telah bersedia untuk berbagi kisah tentang pengalaman hidupnya, kepada Pria yang sudah tua seperti dirinya itu.

   Dragon berkata bahwa, "Itu bukan hal yang besar koq ... Oh iya, hari sudah mulai gelap." Setelah Dragon mengatakan hal tersebut, berarti ini sudah waktunya bagi mereka berdua untuk segera tidur. Lalu pria tua itu mengajukan satu pertanyaan lagi kepada Dragon, yakni tentang bagaimana nasib dari teman Dragon yang bernama Kai itu? Dragon menjawab bahwa dia tidak tahu apa yang terjadi pada Kai, dan sampai saat ini dia tidak pernah lagi mendengar kabar mengenai temannya tersebut sama sekali. Lalu Dragon segera berbaring sambil memejamkan mata.

   Pada malam hari itu, sebelum benar-benar tertidur, Dragon sempat memikirkan lagi tentang nasib temannya yang bernama Kai. Dalam hatinya, Dragon sudah merelakan kepergian dari sahabat baiknya tersebut. setiap hari dia selalu mendoakan supaya jiwa Kai tenang di alam sana. Dan kini dia hanya berfokus untuk bersiap menghadapi hari esok, dan dia siap untuk mendengarkan penawaran apa yang akan diberikan oleh Flaur kepada dirinya.



Bersambung . . .


Chapter selanjutnya : Journey of the Dragon Chapter 5


Chapter sebelumnya : Journey of the Dragon Chapter 3



poin-poin penting cerita :

  • Dragon menceritakan tentang masa lalunya sebagai seorang prajurit di Kerajaan Fulcan. Dia dan sahabatnya yang bernama Kai, harus ikut dalam sebuah peperangan melawan pasukan dari Kerajaan Distra, yang bertempat di perbatasan antara kedua Kerajaan tersebut.
  • Tujuan Dragon dan Kai adalah membuktikan bahwa diri mereka adalah prajurit yang hebat, sehingga mereka berdua dapat disambut sebagai pahlawan dan mendapat kenaikan pangkat ketika pulang nanti. Sehingga mereka berdua bertarung dengan penuh semangat untuk mengalahkan lawan-lawan mereka. peperangan itu berlangsung selama dua hari dua malam, dan sudah membuat para prajurit kelelahan serta frustasi.
  • Raja Distra yang bernama Raja Kio Bormir, mengutus dua orang Kesatrianya untuk ikut berpartisipasi dalam peperangan tersebut. Mereka berdua adalah Batro dan Slasher.
  • Slasher yang bersenjatakan pedang sabit besar, menyerang dan menebas banyak sekali prajurit Fulcan. Kemudian dia menghadapi Dragon dan Kai, sehingga terjadilah pertarungan yang sangat sengit.
  • Batro menembakan bola meriam dari tangannya ke segala arah, sehingga ledakan terjadi dimana-mana, dan ledakan itu juga telah menewaskan Jenderal dari Kerajaan Fulcan.
  • Dragon dan Kai terkena ledakan sehingga mereka berdua terhempas dan terpisah dengan jarak yang cukup jauh.
  • Kai akan berhadapan dengan Slasher dengan menggunakan dua buah pedang di tangannya.
  • Kai menyuruh dua teman sesama prajurit untuk membawa Dragon pergi dari sana, walaupun Dragon berontak dan berusaha untuk menghampiri Kai, tapi Dragon tetap berhasil dibawa pergi karena kondisi tubuhnya yang telah dipenuhi luka.
  • Pasukan Fulcan yang melarikan diri dikejar dan dihujani oleh anak panah, sehingga Dragon dan teman-temannya yang terpojok di sungai harus terkena oleh serangan anak panah tersebut.
  • Dragon terkena anak panah di dada kanannya, sehingga menyebabkan tubuhnya sedikit terdorong ke belakang, lalu tercebur ke dalam sungai dan terbawa arus sungai tersebut.

No comments:

Post a Comment