Chapter 4 : A Warrior from Fulcan part 2
Dikisahkan sebelumnya, Dragon mendatangi Tebing utara lalu mendaki sampai
ke puncaknya, untuk mencari keberadaan dari Night crow (Orang yang telah
membunuh gurunya). Namun sayang, Dragon tertangkap oleh para anak buah dari
Stellan Flaur, yakni seorang Penyihir jahat yang memiliki Kastil di puncak
Tebing tersebut, dan memiliki banyak prajurit untuk meringkus siapa saja
yang berani memasuki wilayahnya. Selain itu, bersama para prajuritnya
tersebut dia juga telah banyak menjajah Desa-desa kecil, juga menculik para
warga Desa untuk dijadikan budak yang harus mematuhi setiap keinginannya.
Dragon yang terlanjur memasuki daerah kekuasaannya itu, mau tak mau harus
bersedia mengabdi pada Stellan flaur untuk selama-lamanya, tapi Dragon
bersikeras menolak hal tersebut, karena dia memiliki urusan yang lebih
penting daripada harus mengabdi di Kastil itu untuk selama-lamanya.
Kemudian, setelah Dragon menceritakan tentang alasannya datang ke Tebing
utara (Yakni untuk mencari Night crow). Maka Stellan flaur jadi tertarik
untuk membuat sebuah kesepakatan dengan Dragon, karena ternyata Stellan
flaur merupakan anggota baru dari kelompok Emperors unity, yang artinya dia
juga pasti mengenal Night crow.
Jika hal itu memang benar, maka artinya Flaur adalah seseorang yang
memiliki kemampuan luar biasa hingga dia bisa disejajarkan dengan Night
crow, yang juga adalah salah satu anggota dari kelompok Emperors unity.
Flaur bilang bahwa sekitar satu minggu yang lalu Night crow memang pernah
datang ke Kastilnya untuk membicarakan tentang suatu urusan sebagai sesama
anggota kelompok Emperors unity. Sontak saja hal tersebut membuat Dragon
menjadi semakin penasaran dan ingin supaya Flaur segera memberitahunya
tentang dimana keberadaan Night crow. Tetapi sebelum Flaur akan
membicarakannya lebih lanjut kepada Dragon, salah satu anak buah Flaur yang
bernama Krypt, menantang Dragon dalam sebuah pertarungan pedang. Karena
Krypt meragukan kemampuan Dragon yang punya ambisi untuk melawan Night crow
tersebut.
Beberapa saat kemudian, mereka berdua melangsungkan pertarungan pedang yang
cukup sengit di hadapan Flaur. Namun ternyata hasilnya, Dragon berhasil
dikalahkan oleh Krypt, sehingga Dragon tidak bisa berbuat apa-apa lagi
selain harus menerima apa yang akan terjadi selanjutnya. Dragon sempat
beralasan bahwa kekalahannya tersebut disebabkan oleh kondisi tubuhnya yang
kelelahan setelah seharian mendaki Tebing.
Setelah pertarungan tersebut selesai, Flaur segera memberitahukan
keputusannya. Dia menyuruh Dragon untuk bermalam di dalam ruang penjara
miliknya, sambil menunggu untuk diberitahu tentang kesepakatan yang ingin
Flaur buat dengan Dragon, pada esok hari. Jadi saat itu, mau tak mau Dragon
harus menghabiskan waktu semalaman di dalam penjara yang kotor, dingin dan
gelap.
Di perjalanannya menuju ke ruangan penjara, Dragon melihat banyak sekali
pelayan serta budak yang dimiliki oleh Stellan Flaur, mereka semua bekerja
dengan raut wajah yang terlihat sedih serta sangat kelelahan, namun tak ada
yang dapat Dragon lakukan untuk bisa menolong mereka di kala itu. Beberapa
saat kemudian, Dragon sudah masuk dan dikunci di dalam ruangan penjara,
untuk menghabiskan waktu malam disana.
Ternyata di dalam ruangan penjara itu, Dragon tidak sendirian. Ada seorang
Pria tua yang sepertinya sudah lama menghuni tempat tersebut, dia sempat
bercerita kepada Dragon bahwa dirinya adalah seorang Kepala desa, yang
diculik bersama para penduduk Desa yang lain, oleh Flaur beserta anak
buahnya sekitar satu setengah tahun yang lalu. Tak hanya itu saja, bahkan
Desanya juga dibuat hancur serta porak poranda akibat ulah dari Flaur
tersebut.
Setelah mendengar cerita tentang Desa si Pria tua itu, Dragon berusaha
untuk menghiburnya dan dia juga berkata bahwa dirinya pernah mengalami hal
yang sama, karena Kerajaan tempat asalnya juga pernah dijajah dan kini
sudah benar-benar dihancurkan, maka kini dia jadi tidak mempunyai lagi
tempat untuk pulang. Karena tempat asalnya itu sudah rata dengan tanah,
tempat yang dimaksud oleh Dragon adalah Kerajaan Fulcan (Kerajaan yang
terlibat peperangan melawan Kerajaan Distra akibat hasutan dari Gold one).
Pria tua yang merasa penasaran tentang hal yang terjadi dalam peperangan
antara dua Kerajaan besar itu, meminta kepada Dragon supaya mau
menceritakan hal-hal yang terjadi dalam peperangan tersebut. Dan untuk
mengisi waktu yang membosankan di dalam penjara tempatnya dikurung, maka
Dragon memutuskan untuk saling bertukar cerita dengan orang yang menjadi
teman seruangannya itu.
Karena Pria tua itu sudah menceritakan tentang kisahnya kepada Dragon, maka
sekarang giliran Dragon yang harus menceritakan mengenai pengalamannya
ketika dia ikut terlibat dalam peperangan antara dua Kerajaan besar
(Kerajaan Fulcan melawan Kerajaan Distra). Berawal dari kisah perjalanan
hidupnya di Kerajaan Fulcan. Tempat dimana dia bersama teman masa kecilnya
tumbuh dewasa sambil menghadapi kerasnya kehidupan. Nama dari teman Dragon
yang telah hidup bersama dan menemaninya sejak kecil itu adalah, Kai.
Lalu setelah mereka berdua sudah tumbuh menjadi dua orang lelaki tangguh
yang memiliki keahlian untuk berkelahi. Maka keduanya memutuskan untuk
bergabung ke dalam pasukan Kerajaan, lalu diangkat secara resmi menjadi dua
orang Prajurit Kerajaan Fulcan. Mereka berdua telah bersumpah untuk menjadi
Prajurit terhormat dan terhebat, serta akan membela Kerajaan Fulcan hingga
titik darah penghabisan.
Mereka berdua sangat senang dan bangga ketika telah diterima secara resmi
ke dalam pasukan Kerajaan Fulcan. Setiap hari mereka giat berlatih dan
selalu menjalankan tugas dengan disiplin. Satu hal yang selalu mereka
idam-idamkan sepanjang hidup mereka, yaitu memiliki kehidupan yang terjamin
dan masa depan yang cerah untuk hari tua mereka nanti, karena memang setiap
pensiunan prajurit Fulcan hidupnya dijamin akan lebih makmur dan sejahtera,
sehingga mereka berdua begitu yakin bahwa impian tersebut sudah ada di
genggaman mereka.
Namun takdir berkata lain, dalam sekejap mata semua itu akhirnya sirna
hingga tak berbekas. Berawal dari konflik-konflik antara Kerajaan Distra
dan Kerajaan Fulcan yang tak kunjung usai, lalu berlanjut pada pecahnya
peperangan di antara kedua Kerajaan besar tersebut, yang telah membawa
kesengsaraan terhadap kedua belah pihak.
Sebagai prajurit, Dragon dan Kai mau tak mau harus ditempatkan di tengah-tengah konflik
antara kedua Kerajaan, dan telah melalui berbagai pertempuran. Hingga pada
puncaknya, mereka berdua ditugaskan untuk ikut dalam perang besar di
perbatasan antara Kerajaan Fulcan dan Kerajaan Distra yang akan berlangsung
secara besar-besaran. Dragon, Kai juga para prajurit junior yang lain,
harus ikut berpartisipasi ke medan pertempuran untuk mempertahankan
Kerajaan Fulcan dari serangan musuh. Hampir seluruh pasukan dikerahkan
menuju ke perbatasan, untuk menghalau serangan dari pasukan Kerajaan
Distra, yang dipimpin langsung oleh sang Raja sendiri. Yang bernama Kio
Bormir (Raja dari Kerajaan Distra).
Seluruh pasukan Fulcan yang berjumlah kurang lebih sekitar 100 ribu orang
prajurit, telah berjajar di sebuah padang rumput yang tandus dan gersang.
Mereka semua dipimpin oleh seorang Jenderal, yang mengemban sebuah tanggung
jawab besar dari Raja Fulcan untuk dapat mempertahankan wilayah
Kerajaannya.
Panas yang terik serta burung bangkai yang berterbangan di langit, menemani
seluruh pasukan Fulcan di tempat itu. Dragon dan Kai ada di dalam barisan
para prajurit tersebut. Mereka terlihat sudah memakai pakaian perang
lengkap dan siap untuk bertarung. Namun Kai terlihat gugup dan gelisah
disana, sepertinya pikiran Kai sedang tidak tenang di kala itu.
Dragon menyikut Kai sambil berkata. “Jangan cemas, kita tidak akan kalah
dari Kerajaan Distra. Setelah pulang dari perang ini, ayo kita berendam air
hangat seharian, bagaimana?”
“Seperti biasa, kau selalu bersemangat dalam menghadapi apapun... Dragon,
ini semua berbeda dari apa yang kita harapkan. Pada awalnya kita hanya
berencana untuk hidup senang sebagai seorang prajurit terhormat. Tapi jika
kita berdua mati disini. Maka semua hal yang telah kita rencanakan akan
hilang dan sia-sia.” Jawab Kai.
“Justru itu kau juga harus ikut bersemangat sama sepertiku, ini semua juga
adalah bagian dari rencana kita. Jika Kerajaan kita menang, maka kita
berdua akan disambut sebagai pahlawan ketika pulang nanti, dan kita juga
akan mendapatkan kenaikan pangkat. Lalu kehidupan kita akan menjadi semakin
baik lagi. Benar kan?” Tanya Dragon dengan ekspresi wajah yang penuh
antusias.
“Ya... Itu jika kita berdua bisa kembali dengan selamat, jika salah satu
dari kita mati, atau jika kita berdua mati, bagaimana?” Kai balik bertanya.
“Maka dari itu kau harus optimis, jangan selalu membayangkan kekalahan.
Kita berdua sudah melalui banyak pertarungan yang keras bukan? Kau tahu
mengapa kita selalu menang?”
“Kenapa?” Tanya Kai.
“Karena kita selalu saling menjaga satu sama lain. Kau punya aku, aku punya kau. Kita
tidak akan kalah. Ini adalah waktu yang tepat untuk menunjukan siapa diri
kita kepada seluruh penduduk di Kerajaan Fulcan. Kita bukan lagi dua orang
bocah yang tinggal di sebuah gang sempit. Kita ini adalah dua orang
prajurit terhormat sekarang. Jadi ayo bertarunglah bersamaku untuk
memenangkan perang ini.” Ajak Dragon kepada sahabatnya itu.
“Kau memang selalu bisa meyakinkan diriku. Baiklah kalau begitu... Selama
ini aku tidak pernah menolak ajakanmu. Dan aku tidak akan memulainya
sekarang.” Ucap Kai.
“Mantap sekali kawan.”
Lalu Kai berbicara kembali, “Oh iya... Berjanjilah padaku.”
“Janji apa?" Tanya Dragon.
“Kita berdua harus selalu saling melindungi.”
“Tentu saja.” Jawab Dragon sambil menganggukan kepalanya.
Tak beberapa lama kemudian, pasukan Distra sudah mulai tiba di tempat
tersebut. Raja Bormir berada di posisi paling depan. Dia berada di dalam
tandu yang terletak pada punggung seekor gajah besar, didampingi oleh
jajaran prajurit berkuda di sekitarnya, dan para prajurit dengan jumlah
yang begitu banyak berjalan dibelakangnya, lebih banyak dari jumlah pasukan
Fulcan yang berada di tempat itu untuk menghadang mereka.
Setelah kedua belah pihak sudah saling berhadapan dengan
jarak yang cukup jauh di tempat itu, suasana disana berubah menjadi hening
dan sedikit mencekam, karena mereka semua akan segera melangsungkan
pertarungan disana. Sang Jenderal dari pihak pasukan Fulcan mulai bergerak.
Dia ditemani oleh salah seorang prajurit pergi untuk menghampiri dan
menghadap Raja Bormir yang sedang duduk dengan santai di dalam tandu. Kedua
belah pihak akan bernegosiasi untuk menentukan berlangsungnya perang yang
akan terjadi di tempat tersebut.
Setelah memberi hormat, Jenderal mulai berbicara, “Aku mewakili Raja Zyros
dari Kerajaan Fulcan. Beliau bertanya, apakah peperangan adalah jalan
terbaik untuk menyelesaikan masalah di antara kedua Kerajaan kita?
Seharusnya anda bisa lebih bijaksana lagi.”
“Aku telah menawarkan cukup banyak kebijaksanaan kepada Kerajaan Fulcan.
Tetapi yang selalu kudapatkan hanyalah penghinaan dan pandangan rendah dari
Kerajaanmu.” Ucap Raja Bormir.
“Mengapa anda bisa beranggapan seperti itu?” Jenderal bertanya lagi kepada
Raja Bormir.
“Semuanya sudah sangat jelas bagiku. Seseorang telah membuatku membuka mata
dan menyadari bahwa selama ini, Kerajaan Distra yang merupakan Kerajaan
paling kuat, selalu menyembunyikan kekuatannya, sehingga Kerajaan lain
mulai menertawakan dan meremehkan Kerajaan Distra dari belakang. Disamping
semua masalah yang terjadi di antara kedua Kerajaan kita. Ini adalah waktu
yang tepat untuk menunjukan betapa kuatnya Kerajaan Distra kepada semua
orang di seluruh negeri Azhuloth.” Begitulah jawaban dari Raja Bormir.
“Astaga, siapa yang telah mempengaruhi anda? Tindakan dari Yang mulia ini
akan mempengaruhi kedamaian dari tiga Kerajaan besar, yang selama ini sudah
kita jaga bersama-sama.” Ucap sang Jenderal dengan sedikit nada emosi.
“Setelah semua yang kualami, setelah aku kehilangan banyak hal yang begitu
berharga bagiku, aku sudah tidak lagi mempedulikan tentang kedamaian di
antara ketiga Kerajaan. Inilah saatnya, Negeri Azhuloth akan menjadi milik
Kerajaan Distra seluruhnya.” Raja Bormir mengatakan hal tersebut dengan
ekspresi wajah yang tampak mengerikan.
Tak lama Kemudian, Jenderal dari Kerajaan Fulcan sudah kembali ke dekat
pasukannya. Salah seorang prajurit berkuda yang ada disana bertanya kepada
Jenderal tentang bagaimana hasil dari negosiasi yang telah dilaksanakan
tersebut. Lalu sang Jenderal menjawab bahwa sepertinya Raja Bormir telah
dipengaruhi oleh seseorang, dan kini Raja Bormir sudah tidak dapat lagi
dibujuk, hatinya sudah benar-benar tertutup oleh ambisi untuk dapat
mengambil alih seluruh Negeri. Ini adalah salah satu dampak dari keberanian
Darkros yang telah menyerang Kerajaan Nexus 23 tahun yang lalu.
Sementara itu, Kai berbisik kepada Dragon untuk menanyakan apakah
negosiasinya berjalan dengan lancar atau tidak. Lalu Dragon menjawab bahwa
sepertinya negosiasi tersebut tidak berjalan dengan lancar. Karena hal itu
terlihat dari ekspresi sang Jenderal yang tampak sangat kesal.
Beberapa saat kemudian, suara dari terompet peperangan yang ditiupkan oleh
prajurit dari pihak Kerajaan Distra mulai terdengar ke seluruh penjuru
tempat itu. Hal tersebut menandakan bahwa perang segera dimulai. Kedua kubu
pasukan mulai menyiapkan senjata dan perisai di tangan mereka
masing-masing. Begitupun juga dengan Dragon dan Kai.
Raja Bormir mulai mengeluarkan pedang dan menjulurkannya ke arah pasukan
musuh. Kemudian seluruh pasukan Distra mulai maju secara serentak untuk
menyerang pasukan Fulcan. Begitu juga dengan pasukan Fulcan yang
diperintahkan oleh Jenderal untuk maju menghadapi seluruh pasukan Distra
yang sedang berlari ke arah mereka.
Raja Bormir duduk dengan nyaman di dalam tandu yang terletak di atas
punggung gajah, sambil memperhatikan peperangan yang sedang berlangsung di
hadapannya. Peperangan hebat itu sudah tidak dapat dihindari lagi, kedua
kubu pasukan saling berbenturan dan menebas lawan satu sama lain, seperti
dua ekor singa yang saling menerkam. Mereka mulai bertarung dan
menumbangkan musuh yang harus mereka hadapi sebanyak mungkin. Seketika itu
juga suasana yang awalnya hanya mencekam, berubah menjadi memanas dan
semakin panas. Pertempuran untuk menguasai dan mempertahankan itu telah
benar-benar dimulai. Pertumpahan darah adalah salah satu dari banyak hal
yang mewarnai peperangan disana.
Pasukan berkuda melaju dan membantai setiap prajurit musuh yang berpapasan
dengan mereka. Suara dari pedang yang berbenturan terdengar saling
sahut-menyahut. Kedua kubu pasukan benar-benar bertarung dengan sengit di
medan pertempuran yang sangat luas itu. Padang tandus yang tadinya hanya
berupa tanah, namun kini dibalut oleh banyak sekali cipratan darah dari
para prajurit yang berguguran.
Tak terhitung berapa jumlah kuda yang mati, apalagi jumlah dari para
prajurit yang mati di tempat tersebut. Jumlah dari orang-orang yang
kehilangan nyawanya semakin bertambah, seiring dengan lama berlangsungnya
perang yang sangat brutal itu.
Kai dan Dragon terlihat sedang berada di tengah-tengah segala kekacauan
yang terjadi disana, mereka berdua saling memunggungi satu sama lain,
sambil memperhatikan keadaan disekitar mereka. Setiap ada musuh yang
mendekati mereka, maka mereka berdua akan saling bekerja sama untuk
mengalahkan musuh tersebut, meskipun musuh yang datang berjumlah dua orang,
tiga orang, atau bahkan lebih. Mereka tetap dapat mengalahkannya
bersama-sama. Mereka berdua bertarung dengan sangat baik di tempat itu.
Sepertinya tidak ada satupun prajurit Distra yang dapat menumbangkan kedua
orang sahabat itu disana, karena mereka berdua sudah sangat terlatih untuk
saling melindungi dan menyerang musuh dalam menghadapi pertarungan apapun,
sehingga mereka berdua menjadi dua orang prajurit yang tak terkalahkan.
Peperangan itu berlangsung selama dua hari dua malam. Kedua kubu sudah
sangat kelelahan dan frustasi dalam menghadapi pertempuran di tempat itu.
Pada malam hari, kedua kubu mendirikan tenda-tenda untuk beristirahat,
makan, dan mengobati para prajurit yang terluka. Tidak terhitung suara
teriakan kesakitan yang terdengar dari dalam tenda pengobatan yang ada di
masing-masing wilayah kubu Kerajaan.
Pada malam hari, Dragon dan Kai tampak sedang duduk di atas bebatuan sambil
menyantap semangkuk bubur encer yang tentunya tidak akan membuat mereka
berdua kenyang. Mereka makan sambil melihat bintang-bintang yang menghiasi
langit malam. Kai berbicara kepada Dragon bahwa mereka berdua harus
menghargai momen-momen indah seperti ini, karena siapa tahu hari esok
adalah hari kematian bagi mereka. Tetapi Dragon tetap bersikeras, dia
optimis bahwa mereka berdua pasti akan selamat sampai akhir dan Kerajaan
Fulcan pasti akan menang. Memang begitulah sifat Dragon, jika dia sudah
memiliki tekad dan keyakinan, maka dia akan terus bersikukuh pada tekadnya
tersebut.
Hari esok pun tiba, kedua kubu Kerajaan kembali saling berhadapan dan
melangsungkan peperangan di area tandus yang luas itu. Dragon dan Kai
berlari dengan penuh percaya diri serta semnagat untuk menghabisi setiap
musuh yang mendekat ke arah mereka. Pasukan Distra sepertinya sudah mulai
mengenali dan menakuti kedua sahabat tersebut, karena kemampuan yang mereka
miliki.
Pertempuran tersebut berlangsung hingga waktu siang hari tiba, walaupun
cuaca di tempat itu sangat panas dan terik. Namun seluruh pasukan dari
kedua kubu tidak terlalu menghiraukan hal tersebut. Mereka tetap bertarung
dengan segenap kekuatan mereka, tidak ada jalan untuk kembali atau
melarikan diri, karena setiap prajurit yang ikut ke dalam pertempuran
tersebut adalah para lelaki tangguh yang sudah bersumpah untuk berjuang
demi Kerajaan mereka masing-masing, dan sudah siap walaupun mereka harus
mati di medan pertempuran tersebut.
Namun lain halnya dengan Dragon dan Kai, selain untuk dapat mempertahankan
Kerajaan mereka, kedua orang sahabat itu juga memiliki ambisi lain, yakni
untuk meningkatkan reputasi mereka sebagai prajurit Kerajaan Fulcan
terhebat, supaya saat pulang nanti, mereka dapat dianggap sebagai Pahlawan
yang telah membawa Kerajaan Fulcan menuju kemenangan, dan menjadi terkenal
di seluruh penjuru Negeri Azhuloth, lalu mendapatkan kehidupan mewah yang
sangat mereka idam-idamkan. Maka dari itu mereka berdua benar-benar
mengerahkan seluruh kemampuan mereka dalam peperangan tersebut, sehingga
mereka dapat mengalahkan setiap musuh yang harus mereka hadapi.
Namun ternyata ada yang berbeda dalam pertempuran di hari itu. Raja Bormir
sepertinya sudah memanggil dua orang Kesatria resmi yang berasal dari
Kerajaannya. Kedua Kesatria itu berjalan dengan santai melewati beberapa
prajurit yang sedang bertarung. Mereka sepertinya akan membawa sebuah
dampak besar terhadap peperangan yang sedang berlangsung disana.
Sementara itu, Raja Bormir yang sedang duduk santai di dalam tandunya
sambil menonton peperangan tersebut, berbicara kepada dirinya sendiri.
“Awalnya aku hanya akan menggunakan pasukan biasa di perang perbatasan ini,
sedangkan para Kesatria dan penyihir akan kukerahkan ketika menyerbu
benteng Kerajaan Fulcan nanti... Tapi karena ternyata perlawanan yang
diberikan oleh Pasukan musuh disini cukup merepotkan, sehingga keadaannya
menjadi sangat mendesak. Maka aku terpaksa harus mengerahkan kekuatan yang
lebih besar. Hanya dengan menambahkan dua orang Kesatria saja pada
pertempuran ini, telah membuatku merasa lebih tenang sekarang, karena
Kesatria yang telah kuutus kesana adalah Batro dan Slasher, yang merupakan
dua orang Kesatria terbaik di Kerajaan Distra.”
Mereka berdua adalah lelaki yang terlihat tangguh, yang satu berambut hitam
rapi, memakai penutup mata, serta memiliki senjata berupa meriam di kedua
tangannya dan namanya adalah Batro, sedangkan yang satunya lagi berambut
biru berdiri, tubuhnya sedikit tinggi, dan membawa sebuah pedang sabit
berukuran besar, namanya adalah Slasher.
Lalu tiba-tiba ada satu orang prajurit Fulcan yang datang untuk menyerang
mereka, tanpa basa-basi, orang yang memiliki pedang sabit besar itu
langsung menebas prajurit Fulcan tersebut hingga terbelah menjadi dua
bagian.
Setelah itu dia mulai beraksi dengan melemparkan senjatanya ke depan,
sehingga pedang sabit itu berputar dan memotong segala hal yang dilewatinya
menjadi dua bagian. Banyak sekali prajurit Fulcan yang menjadi korban dari
lesatan dan putaran dari pedang sabit tersebut.
Lalu setelah senjata mengerikan itu kembali lagi ke genggaman tangannya,
maka Slasher langsung melakukan aksi selanjutnya. Dia berlari untuk
menyerang dan menebas setiap prajurit Fulcan yang dia temui secara membabi
buta.
Kai dan Dragon yang melihat hal tersebut, memutuskan untuk segera
mendatangi dan melawan Slasher. Mereka berdua menyerang Slasher secara
bergiliran, namun Slasher mampu menangkis semua serangan mereka dengan
pedang sabitnya, begitu juga halnya dengan mereka berdua, yang tak
disangka-sangka ternyata mampu untuk menangkis dan menahan setiap serangan
mematikan dari Slasher.
Slasher langsung menyadari bahwa kedua orang prajurit Fulcan itu sangat
berbeda dari para prajurit lain yang telah dihabisi olehnya. Slasher merasa
bersemangat untuk menghadapi mereka berdua, dia mulai mengayunkan pedang
sabitnya tersebut kepada Dragon, juga kepada Kai dengan kekuatan tebasan
yang semakin meningkat. Sehingga walaupun mereka berdua dapat menahan
tebasan dari pedang sabit tersebut dengan pedang mereka, tapi tetap saja
tubuh mereka dapat dihempaskan dengan mudah setelah terkena serangan
tebasan kuat dari senjata yang mematikan itu.
Batro mulai beraksi, dia mengarahkan meriam yang ada di kedua tangannya
kepada prajurit-prajurit Fulcan yang dia lihat. Lalu dia mulai menembakan
bola meriam yang melesat dengan cepat dan meledak saat telah mengenai
targetnya. Sehingga ledakan besar terjadi di mana-mana dan mengakibatkan
banyak musuhnya jadi berguguran secara masal. Batro terus menembakan bola
meriam ke segala arah, bahkan dia tidak terlalu peduli walaupun tembakannya
tersebut dapat mengenai para prajurit Distra yang merupakan pasukan
miliknya sendiri.
Sementara itu Kai dan Dragon masih tetap berusaha melawan Slasher. Mereka
berdua mengerahkan seluruh kemampuan mereka untuk dapat mengalahkan Slasher
yang memiliki kemampuan bertarung lebih kuat dari mereka. Dragon menahan
tebasan dari pedang sabit Slasher dengan pedangnya, lalu Kai mendekat untuk
mendaratkan sebuah tebasan pada perut Slasher, namun Slasher berhasil
menghindarinya, tetapi Kai segera berguling untuk mengambil sebuah pedang
tanpa pemilik yang tergeletak di dekat kaki Slasher. Kemudian Kai berhasil
menebaskan pedang tersebut ke perut Slasher.
Akhirnya mereka berdua berhasil melukai Slasher, namun tak beberapa lama
kemudian, terdengar suara yang mengejutkan mereka berdua. Sang Jenderal
dari Kerajaan Fulcan terlihat sedang berteriak sambil menunggangi kuda. Dia
memerintahkan kepada seluruh prajurit untuk mundur, karena jumlah para
prajurit Fulcan semakin berkurang dengan pesat, disebabkan oleh
ledakan-ledakan yang berasal dari tembakan meriam di tangan Batro.
Lalu tiba-tiba, sebuah meriam melesat dan menghancurkan tubuh sang Jenderal
berkeping-keping bersama dengan kudanya. Jenderal dari Kerajaan Fulcan
telah berhasil dikalahkan oleh Batro. Hal tersebut menimbulkan sebuah
senyuman lebar di bibir Raja Bormir.
Kai dan Dragon sangat terkejut setelah melihat Jenderal mereka telah
diledakan, tetapi mereka berdua segera tersadar bahwa ada musuh yang harus
mereka hadapi di depan mereka, yaitu Slasher. Ketika mereka berdua akan
maju lagi untuk menyerang Slasher, secara mengejutkan sebuah meriam
meluncur dan meledak di antara mereka berdua hingga keduanya terhempas dan
terpisah dengan jarak yang cukup jauh.
Beberapa saat kemudian Dragon mulai berdiri. Dengan telinga yang masih
berdengung, dia mencoba untuk memperhatikan keadaan disekitarnya yang
terlihat benar-benar kacau. Para prajurit Fulcan berlarian untuk
meninggalkan tempat tersebut, ledakan terjadi di mana-mana, dan beberapa
orang prajurit Fulcan yang pemberani masih terlihat sedang bertarung untuk
menahan para prajurit Distra yang mencoba mengejar rekan sesama prajurit
Fulcan lain, yang sedang berlarian.
Dari kejauhan, Dragon akhirnya bisa melihat Kai. Dia sedang berdiri dan
berhadapan dengan Slasher yang sedang memegang pedang sabit besar di
genggaman tangannya, Sedangkan Kai sudah siap dengan dua pedang di
tangannya. Slasher menatap Kai sambil menjilat bibirnya, menandakan bahwa
dia akan sangat menikmati pertarungan tersebut. Sedangkan Kai menolehkan
kepalanya ke belakang untuk melihat Dragon.
Lalu Kai berkata, “Dragon. pergilah dari sini, akan kutahan dia ... Perang
sudah usai disini. Mereka akan sampai ke benteng Kerajaan Fulcan tak lama
lagi, namun jangan khawatir, karena disana para Kesatria dan penyihir hebat
dari Kerajaan Fulcan pasti akan dapat menghentikan mereka ... Sekarang
pergilah.” Ucap Kai, seperti sedang menyampaikan salam perpisahan kepada
Dragon.
“Tidaak!! Kita sudah berjanji akan saling melindungi. Aku tidak akan pergi
kemana-mana!” Dragon berteriak sambil berjalan tertatih-tatih. Sepertinya
beberapa tulang di dalam tubuhnya telah patah, sehingga beberapa kali dia
jatuh tersungkur.
Lalu Slasher berbicara kepada Kai, “Sepertinya aku sudah tidak bisa lagi
melawan kalian berdua secara bersamaan, karena yang satu orang itu sudah
tidak dapat bertarung lagi.” Ucap Slasher.
Kemudian Kai membalas perkataan tersebut, “Yang akan kau hadapi hanyalah
aku!” Lalu Kai menyebut nama kedua temannya sesama prajurit yang kebetulan
sedang lewat disana. “Flo, Pessi.” Kai memberi isyarat kepada kedau
temannya itu untuk membawa Dragon pergi dari sana.
Setelah itu Dragon segera dibawa oleh kedua prajurit Fulcan tersebut untuk
pergi meninggalkan area pertempuran. Dragon sempat berontak dan tidak mau
dibawa pergi, dia terus menerus memanggil nama Kai, tapi kemudian Kai hanya tersenyum menatap Dragon sambil berkata "Teruslah hidup, Dragon." Kalimat tersebut diucapkan oleh Kai secara singkat.
Saking tidak maunya dibawa pergi, Dragon bahkan harus diseret oleh kedua orang temannya itu. Tubuh Dragon yang sudah kelelahan dan dipenuhi banyak luka, menyebabkan dirinya tidak berdaya untuk bisa melepaskan diri dan menghampiri Kai. Sehingga mau tidak mau dia harus meninggalkan sahabatnya bertarung sendirian melawan Slasher disana.
Saking tidak maunya dibawa pergi, Dragon bahkan harus diseret oleh kedua orang temannya itu. Tubuh Dragon yang sudah kelelahan dan dipenuhi banyak luka, menyebabkan dirinya tidak berdaya untuk bisa melepaskan diri dan menghampiri Kai. Sehingga mau tidak mau dia harus meninggalkan sahabatnya bertarung sendirian melawan Slasher disana.
Pasukan Fulcan terus dipukul mundur hingga mereka harus berlarian untuk
dapat menyelamatkan diri. Dragon dan para prajurit Fulcan yang selamat dari
medan perang, harus menerima keadaan yang tragis, karena mereka semua
dikejar sambil ditembaki oleh ratusan anak panah, sehingga banyak dari
mereka yang tidak berhasil selamat, walaupun sudah memasuki dan menyusuri
hutan. Hingga akhirnya hanya tersisa Dragon dan kedua temannya saja, lalu
mereka terpojok di dekat sebuah sungai dengan aliran air yang cukup deras.
Dengan keadaan panik, mereka memutuskan untuk meloncat masuk ke dalam
sungai. Dan ketika kedua teman yang sedang membopong Dragon itu akan
membawa Dragon untuk meloncat bersama mereka, tiba-tiba anak panah melesat
dan membunuh mereka berdua.
Dragon yang sempat tersungkur dan kembali berdiri, segera menoleh ke
belakang. Tapi naas, sebuah anak panah melesat dan menancap di dada
kanannya. Hal itu menyebabkan tubuh Dragon sedikit terdorong menuju ke
sungai dibelakangnya, dan akhirnya dia tercebur ke dalam sungai dengan
aliran air yang cukup deras tersebut, sehingga tubuh Dragon yang tak
sadarkan diri itu ikut terbawa oleh derasnya arus dari aliran sungai itu,
meninggalkan mayat para prajurit Fulcan yang merupakan teman-teman
seperjuangannya itu tergeletak di pinggir sungai tersebut.
Kemudian, Dragon berhenti menceritakan tentang kisahnya, sehingga Pria
tua yang ada di sebelahnya masih dihinggapi oleh rasa penasaran tentang apa
yang terjadi kepada Dragon setelah itu, namun dia merasa senang karena
Dragon telah bersedia untuk berbagi kisah tentang pengalaman hidupnya,
kepada Pria yang sudah tua seperti dirinya itu.
Dragon berkata bahwa, "Itu bukan hal yang besar koq ... Oh iya, hari sudah
mulai gelap." Setelah Dragon mengatakan hal tersebut, berarti ini sudah
waktunya bagi mereka berdua untuk segera tidur. Lalu pria tua itu
mengajukan satu pertanyaan lagi kepada Dragon, yakni tentang bagaimana
nasib dari teman Dragon yang bernama Kai itu? Dragon menjawab bahwa dia
tidak tahu apa yang terjadi pada Kai, dan sampai saat ini dia tidak pernah
lagi mendengar kabar mengenai temannya tersebut sama sekali. Lalu Dragon
segera berbaring sambil memejamkan mata.
Pada malam hari itu, sebelum benar-benar tertidur, Dragon sempat memikirkan
lagi tentang nasib temannya yang bernama Kai. Dalam hatinya, Dragon sudah
merelakan kepergian dari sahabat baiknya tersebut. setiap hari dia selalu
mendoakan supaya jiwa Kai tenang di alam sana. Dan kini dia hanya berfokus
untuk bersiap menghadapi hari esok, dan dia siap untuk mendengarkan
penawaran apa yang akan diberikan oleh Flaur kepada dirinya.
Bersambung . . .
Chapter selanjutnya : Journey of the Dragon Chapter 5
Chapter sebelumnya : Journey of the Dragon Chapter 3
poin-poin penting cerita :
- Dragon menceritakan tentang masa lalunya sebagai seorang prajurit di Kerajaan Fulcan. Dia dan sahabatnya yang bernama Kai, harus ikut dalam sebuah peperangan melawan pasukan dari Kerajaan Distra, yang bertempat di perbatasan antara kedua Kerajaan tersebut.
- Tujuan Dragon dan Kai adalah membuktikan bahwa diri mereka adalah prajurit yang hebat, sehingga mereka berdua dapat disambut sebagai pahlawan dan mendapat kenaikan pangkat ketika pulang nanti. Sehingga mereka berdua bertarung dengan penuh semangat untuk mengalahkan lawan-lawan mereka. peperangan itu berlangsung selama dua hari dua malam, dan sudah membuat para prajurit kelelahan serta frustasi.
- Raja Distra yang bernama Raja Kio Bormir, mengutus dua orang Kesatrianya untuk ikut berpartisipasi dalam peperangan tersebut. Mereka berdua adalah Batro dan Slasher.
- Slasher yang bersenjatakan pedang sabit besar, menyerang dan menebas banyak sekali prajurit Fulcan. Kemudian dia menghadapi Dragon dan Kai, sehingga terjadilah pertarungan yang sangat sengit.
- Batro menembakan bola meriam dari tangannya ke segala arah, sehingga ledakan terjadi dimana-mana, dan ledakan itu juga telah menewaskan Jenderal dari Kerajaan Fulcan.
- Dragon dan Kai terkena ledakan sehingga mereka berdua terhempas dan terpisah dengan jarak yang cukup jauh.
- Kai akan berhadapan dengan Slasher dengan menggunakan dua buah pedang di tangannya.
- Kai menyuruh dua teman sesama prajurit untuk membawa Dragon pergi dari sana, walaupun Dragon berontak dan berusaha untuk menghampiri Kai, tapi Dragon tetap berhasil dibawa pergi karena kondisi tubuhnya yang telah dipenuhi luka.
- Pasukan Fulcan yang melarikan diri dikejar dan dihujani oleh anak panah, sehingga Dragon dan teman-temannya yang terpojok di sungai harus terkena oleh serangan anak panah tersebut.
- Dragon terkena anak panah di dada kanannya, sehingga menyebabkan tubuhnya sedikit terdorong ke belakang, lalu tercebur ke dalam sungai dan terbawa arus sungai tersebut.
No comments:
Post a Comment