Chapter 2 : Sorcerer from the North hill
Dikisahkan sebelumnya, ada seorang Pria Pengelana yang sedang mencari-cari
informasi tentang keberadaan dari Pembunuh gurunya. Orang yang dia yakini
telah membunuh gurunya itu adalah Night crow, salah satu Anggota dari
Kelompok Emperors unity (Kelompok yang paling ditakuti di seluruh penjuru
Negeri Azhuloth).
Pria pengelana itu datang ke sebuah Bar yang dipenuhi oleh para bandit
berwajah garang, terutama pemimpinnya yang bernama Gunjo, dia adalah
seseorang yang berwajah paling garang dan bertubuh paling besar. Gunjo
menyebarkan rumor dimana-mana bahwa dirinya telah berhasil mengalahkan
Night crow, sehingga Pria pengelana itu datang menjumpai Gunjo untuk
menanyakan secara langsung kepadanya. Tapi bukanlah jawaban yang malah
diterima oleh Pria pengelana itu, melainkan amukan dari Gunjo beserta para
anak buahnya.
Dengan mengandalkan keahlian bertarungnya, Pria pengelana itu menghadapi
mereka semua sambil menggunakan senjata apapun yang bisa dia ambil disana,
walaupun dia membawa sebuah pedang di punggungnya, namun pria itu tidak
menggunakan pedang tersebut untuk bertarung melawan Gunjo beserta para anak
buahnya, dia beralasan bahwa itu adalah pedang beharga pemberian dari
mendiang gurunya, sehingga dia tidak mau menggunakan pedang tersebut kepada
sembarang orang. Namun walaupun hanya dengan mengandalkan senjata yang ada
di sekelilingnya saja, Pria pengelana itu mampu memberikan perlawanan yang
sengit terhadap lawan-lawannya, hingga para anak buah Gunjo sampai
kewalahan, lalu dihajar hingga terkapar dibuatnya. Begitupun juga halnya
dengan Gunjo, kini dia berada dalam situasi yang sangat terpojok.
Dengan ujung pedang yang sedang berada tepat di dekat kulit lehernya,
Gunjo mau tak mau harus menjawab pertanyaan dari pria yang telah
mengalahkan dirinya juga semua anak buahnya itu. Pertanyaan yang harus
dijawab oleh Gunjo masih tetap sama. Yakni, dimana dia pernah bertemu
dengan Night crow. Seorang anggota Emperors unity yang kabarnya telah
dikalahkan oleh Gunjo.
Kemudian Gunjo mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya. “Emm.. Waktu itu,
pada suatu malam aku dan para anak buahku sedang berada di dalam hutan
untuk mencari orang-orang yang lewat.”
“Kau dan anak buahmu pasti sedang mengintai orang yang kebetulan lewat,
untuk dirampok, iya kan?” Pria itu memotong perkataan Gunjo.
“Ehm.. i, iya, saat itu pasti bukan hari keberuntungan kami. Karena secara
tidak terduga, orang yang kebetulan lewat disana ternyata adalah Night crow
... saat itu kami semua tidak tahu bahwa dia adalah Night crow, kami kira
dia hanyalah orang biasa. Ciri-cirinya persis seperti yang kau katakan, dia
memakai jubah berwarna hitam, juga menunggangi kuda yang berwarna hitam
pula. Bagian mulut serta kepalanya tertutupi, sehingga kami tidak bisa
melihat wajahnya dengan jelas. Namun karena kuda yang ditungganginya
terlihat gagah sekali, maka aku jadi sangat menginginkannya, jadi aku dan
anak buahku tanpa basa-basi langsung menghentikan laju kudanya, kemudian
menyerangnya. Tapi...”
“Tapi apa?” Tanya pria itu sambil diliputi rasa penasaran.
“Sosoknya tiba-tiba menghilang dengan sekejap, lalu aku dan seluruh anak
buahku langsung ambruk tak sadarkan diri. Rasanya seperti ada sebuah
pukulan keras dari belakang yang menghantam kepala kami semua secara
bersamaan, pergerakannya sangat cepat sehingga kami tidak punya kesempata untuk melawan. Lalu akhirnya kami semua jadi menghabiskan malam dengan tidur di
tempat itu, dan baru terbangun ketika hari sudah mulai siang.”
“Hmm, Jadi itu yang sebenarnya terjadi? lalu kenapa kau bilang kepada semua
orang bahwa kau telah mengalahkan Night crow? Bagaimana jika dia mencarimu
nantinya?”
“Tentu saja semua itu kulakukan untuk meningkatkan reputasiku, sehingga
nanti aku bisa mempunyai banyak anak buah dan kelompokku akan menjadi
semakin besar. Lagipula Night crow tidak mungkin memperdulikan orang-orang
sepertiku hanya karena telah menggunakan namanya, iya kan?”
“Mungkin dia tidak... Tapi aku peduli. Sekarang Katakan padaku kemana arah
dia pergi?” Tanya pria itu lagi kepada Gunjo.
“Waktu itu dia sedang pergi ke arah utara, menuju suatu tempat. Aku yakin
sekali dia sedang menuju ke Tebing utara. Tebing itu adalah tempat yang
paling ditakuti dan dijauhi oleh banyak orang. Tapi orang seperti Night crow tidak
mungkin takut untuk pergi kesana.”
“Orang seperti dia ya? Hmm ... Jika dia memang sedang menuju kesana, maka
aku juga akan pergi kesana." Kata pria itu dengan nada tegas.
"Tapi tempat itu sangat berbahaya. Katanya disana tinggal seorang penyihir
mengerikan yang senang menculik manusia. Tidak pernah ada orang biasa yang kembali dari
sana hidup-hidup." Gunjo memberi peringatan mengenai tempat tersebut.
"Itu bukan masalah bagiku. Terima kasih untuk informasinya.” Ucap pria itu
sambil membuang jauh-jauh pedang yang ada di tangannya.
Dia sudah tidak lagi mengancam Gunjo dengan pedang karena semua
pertanyaannya telah selesai dijawab, dia sudah mendapatkan semua hal yang
ingin dia ketahui dari Gunjo. Maka dari itu sekarang dia memutuskan untuk
pergi dari Bar yang sudah dalam keadaan hancur berantakan tersebut,
meninggalkan Gunjo beserta para anak buahnya yang sedang terkapar disana.
Tetapi sebelum dia mencapai pintu keluar, Gunjo sempat mengajukan sebuah
pertanyaan kepadanya. “Hey.. Bolehkah aku mengetahui siapa namamu?”
Kemudian pria itu menoleh ke belakang sambil menjawab pertanyaan dari Gunjo
dengan menambahkan beberapa kalimat. “Namaku Dragon... Jika kau menggunakan
namaku untuk mengarang sebuah rumor yang konyol, maka aku pasti akan datang
menemuimu lagi.” Ucap Dragon secara tegas.
Gunjo mengangguk sambil menelan ludah, menandakan bahwa dirinya tidak akan
berani menggunakan nama Dragon untuk mengarang sebuah kisah konyol demi
menaikan reputasi geng banditnya. Gunjo hanya terdiam melihat orang yang
telah mengalahkan dirinya serta para anak buahnya itu pergi
meninggalkannya. Dragon keluar dari Bar dan melanjutkan perjalanannya
kembali, untuk mencari dan membalas kematian gurunya, terhadap Night crow
yang merupakan salah satu anggota dari sebuah kelompok paling berbagahay juga
paling ditakuti di seluruh penjuru Negeri Azhuloth. Yaitu, kelompok
Emperors unity.
Dan orang yang cukup nekat untuk melakukan semua itu adalah seorang pria
bernama Dragon, dia kehilangan gurunya karena telah dibunuh, dan ketika itu
dia melihat Night crow yang sedang pergi meninggalkan tempat kejadian.
Sebelum meninggal dunia, gurunya mewariskan sebuah pedang serta beberapa
benda berharga miliknya kepada Dragon, nama Night crow juga sempat
disebutkan oleh gurunya sebelum menghembuskan nafas terakhir. Hal itulah
yang menjadi motivasi bagi Dragon untuk pergi berkelana mencari Night crow
ke seluruh penjuru Negeri.
Sudah tiga bulan berlalu semenjak kematian gurunya, dan selama itu Dragon sudah
berusaha untuk mencari-cari informasi mengenai keberadaan Night crow, juga mengenai dimana saja tempat Night crow pernah terlihat. Sehingga semakin hari
dia semakin yakin bahwa dirinya sudah lebih dekat dengan orang yang menjadi
incarannya tersebut.
Beberapa hari kemudian setelah pertemuannya dengan Gunjo, Dragon telah
sampai di kaki bukit Tebing utara. Berdasarkan informasi dari Gunjo, Tebing
itu adalah tempat yang sangat berbahaya, namun menurut perkataan Gunjo
juga, tempat itulah yang sedang dituju oleh Night crow. Maka dari itu
Dragon terlihat sangat bersemangat untuk segera menaiki Tebing tersebut.
Dia mendongakan kepalanya ke atas supaya dapat melihat puncak dari Tebing
yang sangat tinggi itu.
Disamping Dragon ada sebuah papan besar yang bertuliskan semacam tanda
peringatan. Yang bertuliskan, “Dilarang memasuki wilayah Tebing. Bagi yang
melanggar, maka akan mendapatkan hukuman!”
Kemudian Dragon berbicara kepada dirinya sendiri, “Larangan macam apa itu?
Memangnya apa yang ada di atas sana? Setiap orang yang kutemui di sepanjang
perjalanan selalu berkata bahwa Tebing ini sangat
berbahaya. Yaa, Kalau tidak berbahaya, tentu saja tidak akan seru.” Begitulah
ucap Dragon.
Dia mulai mengeluarkan sesuatu dari dalam kantung yang berada di
pinggangnya, yakni seutas tali tambang berukuran kecil. Kemudian dia
berbicara kepada tali tersebut, “Maafkan aku ya, karena telah lama
menyimpanmu di dalam kantung ini. Sekarang aku benar-benar sedang
membutuhkan bantuanmu, kumohon tolong aku.”
Tiba-tiba tali tersebut berdiri sendiri, seperti orang yang baru saja
bangun tidur, lalu setelah tali itu mengangguk kepada Dragon, ukurannya tumbuh semakin membesar juga memanjang dan langsung melilit tangan
Dragon. Kemudian, Dragon melemparkan ujung tali tersebut ke atas, dan saat
telah mencapai bebatuan yang ada di atas, tali itu mengikat dirinya sendiri
pada salah satu bebatuan yang terdapat pada bagian atas dinding Tebing.
Dengan begitu Dragon jadi lebih mudah untuk bisa memanjat Tebing tersebut,
dan ketika dia sudah sampai di ujung tali yang terikat pada sebuah batu,
maka Dragon hanya tinggal melemparkannya lagi ke atas, supaya ujung tali
itu dapat mengikatkan lagi dirinya sendiri pada batu yang berada di posisi
yang lebih tinggi lagi.
Dengan susah payah, Dragon memanjat Tebing itu dari bawah hingga ke atas,
sambil mendapat bantuan dari tali ajaib yang terikat pada tangannya,
ditemani oleh hembusan angin kencang serta suara elang yang terdengar
sampai ke tempatnya sedang hinggap, dengan keringat yang bercucuran di
sekujur tubuhnya. Dragon sudah sampai di separuh perjalanannya menuju ke
puncak, tetapi dia sudah terlihat cukup kelelahan. Walaupun dia sempat
berhenti sebentar, Dragon tetap mendaki Tebing yang terjal itu dengan nafas
terengah-engah. Dia didorong oleh keinginannya yang kuat untuk bisa segera
bertemu dengan Night crow dan membalaskan kematian gurunya. Maka dari itu
dengan sekuat tenaga, dia berusaha secara perlahan tapi pasti untuk bisa
sampai ke puncak Tebing.
Tak lama kemudian, Dragon telah sampai ke tempat yang dia tuju. Tangannya
telah sampai terlebih dahulu dan segera meraih tepian dari puncak Tebing
tersebut, lalu Dragon mulai menampakan kepalanya disana untuk melihat
pemandangan yang ada di tempat itu. Namun alangkah terkejutnya dia, karena
ternyata dirinya telah disambut oleh sekumpulan orang yang langsung
menodongkan ujung tombak ke arah wajahnya, ketika dia baru saja memunculkan
kepalanya disana.
Orang-orang itu berpakaian seperti para prajurit Kerajaan, tetapi Dragon
sama sekali tidak mengenali dari Kerajaan mana mereka berasal. Kemudian
Dragon menyapa mereka semua, namun sepertinya mereka tidak menghiraukan hal
itu sedikitpun. Lalu seseorang yang tampaknya adalah pemimpin mereka,
muncul dan berdiri di hadapan Dragon. Baju yang dikenakannya sama seperti
para prajurit disana, yakni armor berwarna hijau yang terlihat gagah dan
mengkilap. Orang itu adalah seorang lelaki berbadan tegap dan berambut
hitam dengan jambul yang terlihat mencolok, dia mendekati Dragon sambil
terus sibuk merapikan jambulnya yang klimis tersebut.
Dia berbicara kepada Dragon. “Apakah kau tidak melihat tanda peringatan
yang tersebar di sekitar wilayah Tebing ini? Dasar penyusup!”
“Oh, tanda peringatan itu. Kupikir hanya omong kosong.” Dragon merasa bahwa
dirinya tidak bersalah sama sekali. Lalu tiba-tiba mereka semua langsung
mendekatkan ujung tombaknya lagi ke wajah Dragon, sehingga Dragon segera
tutup mulut kembali.
Dengan menunjukan ekspresi wajah yang semakin marah, pimpinan berjambul
klimis itu langsung memerintahkan para anak buahnya untuk mengangkat dan
membawa Dragon secara paksa. Tentu saja Dragon sedang dalam kondisi kurang
menguntungkan, sehingga dia tidak dapat memberikan perlawanan kepada mereka.
Tak lama kemudian, Dragon dibawa secara paksa dengan keadaan tangan dan
kaki yang telah terikat. Sedangkan pedang, kantung serta tali ajaibnya
dibawa oleh salah satu prajurit yang mengikutinya dari belakang. Walau
sekeras apapun Dragon berontak, dia tetap tidak bisa melepaskan dirinya
dari para prajurit tersebut. Mau tak mau dia harus ikut dengan mereka semua
melintasi sebuah padang rumput yang cukup luas dan memasuki kawasan yang
dipenuhi oleh jajaran pohon pinus. Suasana di sana cukup teduh dan asri.
Dari kejauhan, Dragon melihat adanya sebuah Kastil di tengah-tengah hutan
pinus tersebut. Dia masih belum percaya bahwa ada tempat seperti ini di
atas Tebing yang telah dinaikinya. Sebuah padang rumput, hutan pinus, dan
Kastil yang berdiri kokoh, hal itu membuat
Dragon sedikit tertegun dan terkesima.
Para Prajurit itu membawa Dragon masuk ke dalam Kastil tersebut, dia
diseret sampai ke sebuah ruangan aula yang cukup megah dan luas, tengkorak
dari kepala monster-monster buas terpajang di dinding ruangan itu, serta
ada juga beberapa barang antik lainnya. Disana juga terdapat sebuah kursi
singgasana yang dihiasi oleh kain hijau yang terumbai di atasnya.
Para prajurit menjatuhkan Dragon ke lantai seperti sedang membuang sebuah
karung berisi sampah. “Hey, apa kalian tidak bisa pelan-pelan?!” Dragon
berteriak memarahi mereka, tapi mereka tidak mempedulikannya.
Disana ada seorang pria yang sedang berdiri sambil menyandarkan punggungnya
pada sebuah tiang. Pria itu terlihat cukup menyeramkan, dia juga mengenakan
pakaian yang sama seperti para prajurit yang telah membawa Dragon ke sana,
tapi bagian leher sampai ke mulutnya dibalut oleh perban, kedua telapak
tangannya juga dibalut oleh perban.
Lalu Pria itu datang menghampiri Dragon yang sedang rebahan di lantai dalam
keadaan tangan dan kaki yang terikat, dan ketika dia sedang mendekat,
kemudian orang dengan jambul yang terlihat mencolok di samping Dragon mulai
berbicara kepada pria yang sedang berjalan mendekati Dragon tersebut.
“Lihat siapa yang kubawa ini Krypt.”
“Kau membawa tangkapan yang bagus kali ini, Mailon.” Ucap pria perban yang
sedang mendekat itu.
Nama dari orang yang membawa Dragon ke dalam Kastil dan mempunyai jambul
yang mencolok itu rupanya adalah Mailon, sedangkan nama dari orang
menyeramkan yang tangan serta mulutnya ditutupi oleh perban itu adalah
Krypt.
Krypt minta pada salah satu prajurit yang ada disana untuk menyerahkan
pedang milik Dragon kepadanya, setelah itu dia memeriksa setiap lekukan
dari pedang tersebut dengan perasaan terpukau, katanya baru kali ini dia
melihat senjata yang sebagus ini, di dalamnya pasti mengandung sebuah
kekuatan yang sangat besar, maka dari itu dia jadi sangat menginginkannya,
Tapi kemudian dengan beberapa prajurit yang memegangi tubuhnya, Dragon
mengamuk sambil berteriak-teriak memaki Krypt supaya tidak menyentuh pedang
miliknya tersebut. Bahkan Dragon juga menyuruh Krypt untuk menjauhkan
tangannya dari pedang itu. Sontak saja Krypt langsung memukul perut Dragon
hingga dia berhenti berontak.
Lalu Krypt berkata, “Kau seharusnya lebih sopan ketika berbicara dengan
Tuan rumah... Oh iya, aku dan Mailon bukanlah Tuan rumah dari Kastil ini.
Tuan rumah yang sesungguhnya akan segera menemuimu sebentar lagi.”
“Awas saja jika kau tidak menjaga ucapanmu di hadapan Tuan kami!” Ucap
Mailon memperingatkan Dragon.
Sepertinya Mailon dan Krypt sangat menghormati orang yang merupakan Tuan
mereka tersebut. Lalu mulai terdengar suara langkah kaki seseorang dari
sebuah lorong yang ada di ruangan itu. Semua orang yang ada disana seakan
terhenyak, ketika melihat kehadiran sosok Tuan rumah sekaligus pemilik
Kastil tersebut, yang berjalan menghampiri kursi singgasana seakan-akan
tidak ada siapapun yang sedang melihatnya, kemudian dia menduduki kursi
tersebut dan segera menyadari keberadaan dari orang-orang yang sedang
berada disana, maka dia segera berkata, “Oh, ternyata kita kedatangan
tamu.”
Mailon, Krypt dan para prajurit lainnya segera berlutut sambil menghadap ke
arah orang tersebut, dia mengenakan jubah tudung yang menutupi hampir
seluruh bagian kepalanya, sedangkan wajahnya ditutupi oleh sebuah topeng.
Dragon menatapnya dengan perasaan sedikit cemas, dia menanti apa yang
selanjutnya akan terjadi kepada dirinya, tapi dia berusaha untuk meneguhkan
hatinya dan akan menghadapi apapun yang akan terjadi. Dengan tatapan yang
tajam, Dragon terus memperhatikan orang yang sedang duduk di kursi
singgasana tersebut.
Kemudian orang itu mulai berbicara kepada Dragon, “Maaf karena sepertinya
para anak buahku tidak memperlakukanmu dengan baik.”
“Jika kau mau minta maaf, maka lepaskanlah aku dari sini.” Ucap Dragon
menjawab perkataan dari orang tersebut.
“Dasar kau!” Mailon akan menghajar Dragon, tapi tiba-tiba dia ditegur oleh
Tuannya, sehingga Mailon segera berhenti dan kembali berlutut.
“Namaku adalah Stellan Flaur, aku lebih dikenal sebagai Penyihir dari
Tebing utara. Seluruh wilayah yang ada di dekat Tebing ini adalah daerah
kekuasaanku, dan tanda peringatan yang tersebar di seluruh wilayah tersebut
sudah sangat jelas bahwa tidak ada yang boleh menginjakan kaki di sekitar
Tebing ini. Bagi yang melanggar maka akan mendapatkan sebuah hukuman yang
mutlak dariku.” Kata sang Penyihir tersebut kepada Dragon.
“Hukuman yang seperti apa?” Tanya Dragon.
“Kau harus bekerja padaku untuk selamanya.” Ucap Penyihir itu dengan
singkat.
“Apa kau sedang bercanda?” Tanya Dragon yang terlihat tidak terima atas
pernyataan tersebut.
“Aku bukanlah seseorang yang suka bercanda, itu akan menodai reputasiku ...
Bagaimanapun juga, aku ini adalah salah satu anggota dari kelompok Emperors
unity.” Ucapan tambahan yang dilontarkan dari mulut Flaur tersebut, sontak
membuat Dragon menjadi sangat terkejut, sehingga mulutnya hanya menganga
dan tidak dapat mengatakan apa-apa lagi.
Niat yang awalnya hanya untuk mencari keberadaan Night crow ke atas Tebing
utara, tapi malah harus tertangkap oleh para anak buah Penyihir sekaligus
penghuni dari puncak Tebing tersebut, ditambah lagi Penyihir itu mengaku
bahwa dirinya adalah salah satu anggota dari kelompok Emperors unity, yang
berarti dia juga pasti adalah orang yang sangat kuat, dan memiliki koneksi
terhadap Night crow, bahkan mungkin juga terhadap Gold one.
Kini Dragon harus dihadapkan dengan takdir yang lain, Yakni dia harus
bekerja di dalam Kastil milik Penyihir bernama Stellan Flaur, karena telah
memasuki wilayah kekuasaannya tanpa ijin. Dan waktu yang harus dia jalani
untuk bekerja di dalam Kastil tersebut adalah selama-lamanya.
Setelah sempat terdiam sejenak karena Flaur sudah mengatakan sesuatu yang
sangat mengejutkan kepada dirinya, kemudian Dragon mulai berbicara lagi
kepada pemilik Kastil tempatnya sedang disekap tersebut. “Aku tidak percaya
kepadamu. Apa buktinya bahwa kau adalah anggota dari Emperors unity?”
Dragon mengutarakan keraguannya kepada Flaur.
“Apakah aku harus berlari ke seluruh penjuru Negeri Azhuloth sambil
berteriak memberitahu semua orang bahwa aku ini adalah anggota baru dari
kelompok Emperors unity? Aku baru bergabung secara resmi sekitar satu tahun
yang lalu, dan belum banyak orang yang mengenalku, tapi suatu hari pasti
aku akan dikenal juga oleh banyak orang ... Nah, sekarang giliranku
bertanya padamu, apa maksud dan tujuanmu datang kesini?” Tanya Flaur kepada
Dragon.
“Aku datang ke Tebing ini untuk mencari keberadaan Night crow ... Aku
mendengar kabar bahwa dia pernah datang kesini, apakah dia masih berada
disini? Jika ada, pertemukanlah aku dengannya.” Ucap Dragon.
Lalu Mailon menyela ucapan dari Dragon tersebut. “Heh, apa yang kau
katakan? Kau tidak punya wewenang untuk meminta apapun disini.”
Kemudian Flaur terdiam sejenak sambil mengusap dagunya, lalu dia berkata,
“Hmm... Night crow. Dia memang pernah berkunjung kesini sekitar satu bulan
yang lalu, tetapi hanya sebentar.”
“Mau apa dia datang kesini?” Dragon mengajukan lagi pertanyaan kepada
Flaur.
“Dia datang menemuiku hanya untuk urusan pekerjaan.”
“Katakan dimana dia sekarang!” Dragon berteriak karena emosinya meluap
setelah mendengar bahwa Night crow pernah datang kesana, itu artinya Flaur
tahu kemana selanjutnya Night crow pergi. Tapi seketika itu juga, setelah
Dragon berteriak, Krypt menendang belakang kaki Dragon, sehingga Dragon
jatuh dalam posisi berlutut.
“Lancang sekali kau!” Ucap Mailon.
Flaur mulai mencondongkan wajahnya ke arah Dragon, lalu dia berkata. “Kau
boleh berteriak ataupun mengamuk sesuka hatimu disini, atas dasar
keinginanmu yang sangat kuat untuk bisa bertemu dengan Night crow. Tapi
ingat satu hal, ini adalah Kastilku, wilayahku, dan kau telah berani
memasukinya tanpa ijin. Itu semua sudah cukup menjadi alasan bagi anak
buahku untuk dapat membunuhmu sekarang juga, tapi mereka memberimu
kesempatan untuk berbincang denganku, jadi aku sarankan sebaiknya kau
menjaga sikap.” Ucap Flaur dengan nada yang sedikit tegas.
Dragon hanya terdiam mendengarkan kata-kata tersebut, lalu Flaur mulai
melanjutkan perkataannya kembali. “Sekarang jawab pertanyaanku ini. Aku mau
tahu, mengapa kau sangat ingin bertemu dengan Night crow?”
Dragon segera menjawab pertanyaan tersebut, yang kemudian disusul oleh dua
pertanyaan. “Dia adalah orang yang telah membunuh guruku, aku ingin
membalas dendam kepadanya ... Emosiku mulai meluap, karena sekarang ini aku
sedang merasa kebingungan. Apakah aku masih punya kesempatan untuk dapat
bertemu dengannya? Ataukah aku akan membusuk di tempat ini?”
Lalu Flaur sedikit mengeluarkan suara tawa dan terdiam sejenak seakan
sedang memikirkan sesuatu. Kemudian dia mengangguk, menandakan bahwa dia
memahami tujuan Dragon serta maksud dari pertanyaan tersebut. Flaur
membayangkan perjalanan yang telah Dragon lalui, hingga dia bisa sampai
kemari. Tentang setiap peringatan yang telah diacuhkan oleh Dragon mengenai
tempat ini, dan emosinya yang meningkat ketika mereka sedang membicarakan
Night crow. Semua itu Dragon lakukan supaya bisa bertemu dengan Night crow.
Maka dari itu, Flaur berpikir mungkin dia dapat memanfaatkan hal tersebut
untuk keuntungannya.
“Begini saja, Aku telah mengakui kemampuanmu. Karena pasti kau telah
menempuh berbagai macam kesulitan supaya bisa sampai kesini demi bertemu
dengan Night crow, namun sekarang dia sudah tidak berada disini lagi. Dia
sudah pergi ke tempat lain... Dan aku dengan senang hati akan
memberitahumu, tentang tempat dimana Night crow sedang berada.” Ucap Flaur
kepada Dragon.
“Benarkah?” Dragon terlihat senang sekali mendengar hal tersebut.
“Tapi ada syaratnya. Mari kita buat suatu kesepakatan.” Flaur memberikan
sebuah penawaran kepada Dragon. Sepertinya dia akan memerintahkan Dragon
untuk melakukan sesuatu yang berbahaya, demi kepentingan dirinya, dan
sebagai imbalan dari jasa Dragon tersebut, maka Flaur akan memberitahu
dimana keberadaan Night crow. Apakah Dragon akan menerima penawaran
tersebut?
Bersambung. . .
Chapter selanjutnya : Journey of the Dragon Chapter 3
Chapter sebelumnya : Journey of the Dragon Chapter 1
Chapter sebelumnya : Journey of the Dragon Chapter 1
poin-poin penting cerita :
- Gunjo memberikan informasi kepada Dragon mengenai Tebing utara, yakni tempat yang sedag dituju oleh Night crow.
- Dragon punya tali ajaib yang dapat membantunya untuk memanjat tebing yang sangat tinggi itu
- Diatas tebing, Dragon disambut oleh tombak yang disodorkan orang-orang berpakaian prajurit, lalu Dragon dibawa ke dalam sebuah Kastil yang terdapat di dalam hutan diatas Tebing tersebut.
- Di dalam Kastil itu ada dua orang pemimpin pasukan bernama Krypt dan Mailon, yang memperlakukan Dragon dengan buruk.
- Pemilik Kastil tersebut adalah seorang penyihir yang sangat dihormati juga ditakuti oleh seluruh anak buahnya. Namanya adalah Stellan Flaur.
- Flaur mengaku bahwa dirinya adalah salah satu anggota dari Emperors unity, dan dia bilang kepada Dragon bahwa dirinya tahu dimana Night crow berada saat ini.
- Flaur memberikan sebuah penawaran kepada Dragon. Yakni jika Dragon ingin mengetahui dimana Night crow berada, maka dia harus memenuhi syarat yang akan diberikan oleh Flaur, terlebih dahulu.
No comments:
Post a Comment