Friday, September 14, 2018

Journey of the Dragon : Chapter 2

Chapter 2 : Sorcerer from the North hill







   Dikisahkan sebelumnya, ada seorang Pria Pengelana yang sedang mencari-cari informasi tentang keberadaan dari Pembunuh gurunya. Orang yang dia yakini telah membunuh gurunya itu adalah Night crow, salah satu Anggota dari Kelompok Emperors unity (Kelompok yang paling ditakuti di seluruh penjuru Negeri Azhuloth).



Pria pengelana di suatu Desa, sedang mentap sebuah Bar.


   Pria pengelana itu datang ke sebuah Bar yang dipenuhi oleh para bandit berwajah garang, terutama pemimpinnya yang bernama Gunjo, dia adalah seseorang yang berwajah paling garang dan bertubuh paling besar. Gunjo menyebarkan rumor dimana-mana bahwa dirinya telah berhasil mengalahkan Night crow, sehingga Pria pengelana itu datang menjumpai Gunjo untuk menanyakan secara langsung kepadanya. Tapi bukanlah jawaban yang malah diterima oleh Pria pengelana itu, melainkan amukan dari Gunjo beserta para anak buahnya.

   Dengan mengandalkan keahlian bertarungnya, Pria pengelana itu menghadapi mereka semua sambil menggunakan senjata apapun yang bisa dia ambil disana, walaupun dia membawa sebuah pedang di punggungnya, namun pria itu tidak menggunakan pedang tersebut untuk bertarung melawan Gunjo beserta para anak buahnya, dia beralasan bahwa itu adalah pedang beharga pemberian dari mendiang gurunya, sehingga dia tidak mau menggunakan pedang tersebut kepada sembarang orang. Namun walaupun hanya dengan mengandalkan senjata yang ada di sekelilingnya saja, Pria pengelana itu mampu memberikan perlawanan yang sengit terhadap lawan-lawannya, hingga para anak buah Gunjo sampai kewalahan, lalu dihajar hingga terkapar dibuatnya. Begitupun juga halnya dengan Gunjo, kini dia berada dalam situasi yang sangat terpojok.

   Dengan ujung pedang yang sedang berada tepat di dekat kulit lehernya, Gunjo mau tak mau harus menjawab pertanyaan dari pria yang telah mengalahkan dirinya juga semua anak buahnya itu. Pertanyaan yang harus dijawab oleh Gunjo masih tetap sama. Yakni, dimana dia pernah bertemu dengan Night crow. Seorang anggota Emperors unity yang kabarnya telah dikalahkan oleh Gunjo.

   Kemudian Gunjo mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya. “Emm.. Waktu itu, pada suatu malam aku dan para anak buahku sedang berada di dalam hutan untuk mencari orang-orang yang lewat.”

   “Kau dan anak buahmu pasti sedang mengintai orang yang kebetulan lewat, untuk dirampok, iya kan?” Pria itu memotong perkataan Gunjo.

   “Ehm.. i, iya, saat itu pasti bukan hari keberuntungan kami. Karena secara tidak terduga, orang yang kebetulan lewat disana ternyata adalah Night crow ... saat itu kami semua tidak tahu bahwa dia adalah Night crow, kami kira dia hanyalah orang biasa. Ciri-cirinya persis seperti yang kau katakan, dia memakai jubah berwarna hitam, juga menunggangi kuda yang berwarna hitam pula. Bagian mulut serta kepalanya tertutupi, sehingga kami tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Namun karena kuda yang ditungganginya terlihat gagah sekali, maka aku jadi sangat menginginkannya, jadi aku dan anak buahku tanpa basa-basi langsung menghentikan laju kudanya, kemudian menyerangnya. Tapi...”

   “Tapi apa?” Tanya pria itu sambil diliputi rasa penasaran.

   “Sosoknya tiba-tiba menghilang dengan sekejap, lalu aku dan seluruh anak buahku langsung ambruk tak sadarkan diri. Rasanya seperti ada sebuah pukulan keras dari belakang yang menghantam kepala kami semua secara bersamaan, pergerakannya sangat cepat sehingga kami tidak punya kesempata untuk melawan. Lalu akhirnya kami semua jadi menghabiskan malam dengan tidur di tempat itu, dan baru terbangun ketika hari sudah mulai siang.”

   “Hmm, Jadi itu yang sebenarnya terjadi? lalu kenapa kau bilang kepada semua orang bahwa kau telah mengalahkan Night crow? Bagaimana jika dia mencarimu nantinya?”

   “Tentu saja semua itu kulakukan untuk meningkatkan reputasiku, sehingga nanti aku bisa mempunyai banyak anak buah dan kelompokku akan menjadi semakin besar. Lagipula Night crow tidak mungkin memperdulikan orang-orang sepertiku hanya karena telah menggunakan namanya, iya kan?”

   “Mungkin dia tidak... Tapi aku peduli. Sekarang Katakan padaku kemana arah dia pergi?” Tanya pria itu lagi kepada Gunjo.

   “Waktu itu dia sedang pergi ke arah utara, menuju suatu tempat. Aku yakin sekali dia sedang menuju ke Tebing utara. Tebing itu adalah tempat yang paling ditakuti dan dijauhi oleh banyak orang. Tapi orang seperti Night crow tidak mungkin takut untuk pergi kesana.”

   “Orang seperti dia ya? Hmm ... Jika dia memang sedang menuju kesana, maka aku juga akan pergi kesana." Kata pria itu dengan nada tegas.

   "Tapi tempat itu sangat berbahaya. Katanya disana tinggal seorang penyihir mengerikan yang senang menculik manusia. Tidak pernah ada orang biasa yang kembali dari sana hidup-hidup." Gunjo memberi peringatan mengenai tempat tersebut.

   "Itu bukan masalah bagiku. Terima kasih untuk informasinya.” Ucap pria itu sambil membuang jauh-jauh pedang yang ada di tangannya.

   Dia sudah tidak lagi mengancam Gunjo dengan pedang karena semua pertanyaannya telah selesai dijawab, dia sudah mendapatkan semua hal yang ingin dia ketahui dari Gunjo. Maka dari itu sekarang dia memutuskan untuk pergi dari Bar yang sudah dalam keadaan hancur berantakan tersebut, meninggalkan Gunjo beserta para anak buahnya yang sedang terkapar disana.

   Tetapi sebelum dia mencapai pintu keluar, Gunjo sempat mengajukan sebuah pertanyaan kepadanya. “Hey.. Bolehkah aku mengetahui siapa namamu?”

   Kemudian pria itu menoleh ke belakang sambil menjawab pertanyaan dari Gunjo dengan menambahkan beberapa kalimat. “Namaku Dragon... Jika kau menggunakan namaku untuk mengarang sebuah rumor yang konyol, maka aku pasti akan datang menemuimu lagi.” Ucap Dragon secara tegas.

   Gunjo mengangguk sambil menelan ludah, menandakan bahwa dirinya tidak akan berani menggunakan nama Dragon untuk mengarang sebuah kisah konyol demi menaikan reputasi geng banditnya. Gunjo hanya terdiam melihat orang yang telah mengalahkan dirinya serta para anak buahnya itu pergi meninggalkannya. Dragon keluar dari Bar dan melanjutkan perjalanannya kembali, untuk mencari dan membalas kematian gurunya, terhadap Night crow yang merupakan salah satu anggota dari sebuah kelompok paling berbagahay juga paling ditakuti di seluruh penjuru Negeri Azhuloth. Yaitu, kelompok Emperors unity.

   Dan orang yang cukup nekat untuk melakukan semua itu adalah seorang pria bernama Dragon, dia kehilangan gurunya karena telah dibunuh, dan ketika itu dia melihat Night crow yang sedang pergi meninggalkan tempat kejadian. Sebelum meninggal dunia, gurunya mewariskan sebuah pedang serta beberapa benda berharga miliknya kepada Dragon, nama Night crow juga sempat disebutkan oleh gurunya sebelum menghembuskan nafas terakhir. Hal itulah yang menjadi motivasi bagi Dragon untuk pergi berkelana mencari Night crow ke seluruh penjuru Negeri.



Pria bernama 'Dragon' keluar dari Bar.


   Sudah tiga bulan berlalu semenjak kematian gurunya, dan selama itu Dragon sudah berusaha untuk mencari-cari informasi mengenai keberadaan Night crow, juga mengenai dimana saja tempat Night crow pernah terlihat. Sehingga semakin hari dia semakin yakin bahwa dirinya sudah lebih dekat dengan orang yang menjadi incarannya tersebut.

   Beberapa hari kemudian setelah pertemuannya dengan Gunjo, Dragon telah sampai di kaki bukit Tebing utara. Berdasarkan informasi dari Gunjo, Tebing itu adalah tempat yang sangat berbahaya, namun menurut perkataan Gunjo juga, tempat itulah yang sedang dituju oleh Night crow. Maka dari itu Dragon terlihat sangat bersemangat untuk segera menaiki Tebing tersebut. Dia mendongakan kepalanya ke atas supaya dapat melihat puncak dari Tebing yang sangat tinggi itu.

   Disamping Dragon ada sebuah papan besar yang bertuliskan semacam tanda peringatan. Yang bertuliskan, “Dilarang memasuki wilayah Tebing. Bagi yang melanggar, maka akan mendapatkan hukuman!”

   Kemudian Dragon berbicara kepada dirinya sendiri, “Larangan macam apa itu? Memangnya apa yang ada di atas sana? Setiap orang yang kutemui di sepanjang perjalanan selalu berkata bahwa Tebing ini sangat berbahaya. Yaa, Kalau tidak berbahaya, tentu saja tidak akan seru.” Begitulah ucap Dragon.

   Dia mulai mengeluarkan sesuatu dari dalam kantung yang berada di pinggangnya, yakni seutas tali tambang berukuran kecil. Kemudian dia berbicara kepada tali tersebut, “Maafkan aku ya, karena telah lama menyimpanmu di dalam kantung ini. Sekarang aku benar-benar sedang membutuhkan bantuanmu, kumohon tolong aku.”



Tali ajaib yang akan menuruti setiap perintah dari Dragon.


   Tiba-tiba tali tersebut berdiri sendiri, seperti orang yang baru saja bangun tidur, lalu setelah tali itu mengangguk kepada Dragon, ukurannya tumbuh semakin membesar juga memanjang dan langsung melilit tangan Dragon. Kemudian, Dragon melemparkan ujung tali tersebut ke atas, dan saat telah mencapai bebatuan yang ada di atas, tali itu mengikat dirinya sendiri pada salah satu bebatuan yang terdapat pada bagian atas  dinding Tebing.

   Dengan begitu Dragon jadi lebih mudah untuk bisa memanjat Tebing tersebut, dan ketika dia sudah sampai di ujung tali yang terikat pada sebuah batu, maka Dragon hanya tinggal melemparkannya lagi ke atas, supaya ujung tali itu dapat mengikatkan lagi dirinya sendiri pada batu yang berada di posisi yang lebih tinggi lagi.



Dragon memanjat Tebing yang sangat tinggi dan terjal.


   Dengan susah payah, Dragon memanjat Tebing itu dari bawah hingga ke atas, sambil mendapat bantuan dari tali ajaib yang terikat pada tangannya, ditemani oleh hembusan angin kencang serta suara elang yang terdengar sampai ke tempatnya sedang hinggap, dengan keringat yang bercucuran di sekujur tubuhnya. Dragon sudah sampai di separuh perjalanannya menuju ke puncak, tetapi dia sudah terlihat cukup kelelahan. Walaupun dia sempat berhenti sebentar, Dragon tetap mendaki Tebing yang terjal itu dengan nafas terengah-engah. Dia didorong oleh keinginannya yang kuat untuk bisa segera bertemu dengan Night crow dan membalaskan kematian gurunya. Maka dari itu dengan sekuat tenaga, dia berusaha secara perlahan tapi pasti untuk bisa sampai ke puncak Tebing.

   Tak lama kemudian, Dragon telah sampai ke tempat yang dia tuju. Tangannya telah sampai terlebih dahulu dan segera meraih tepian dari puncak Tebing tersebut, lalu Dragon mulai menampakan kepalanya disana untuk melihat pemandangan yang ada di tempat itu. Namun alangkah terkejutnya dia, karena ternyata dirinya telah disambut oleh sekumpulan orang yang langsung menodongkan ujung tombak ke arah wajahnya, ketika dia baru saja memunculkan kepalanya disana.



Dragon disambut oleh ujung tombak yang disodorkan ke hadapan wajahnya.


   Orang-orang itu berpakaian seperti para prajurit Kerajaan, tetapi Dragon sama sekali tidak mengenali dari Kerajaan mana mereka berasal. Kemudian Dragon menyapa mereka semua, namun sepertinya mereka tidak menghiraukan hal itu sedikitpun. Lalu seseorang yang tampaknya adalah pemimpin mereka, muncul dan berdiri di hadapan Dragon. Baju yang dikenakannya sama seperti para prajurit disana, yakni armor berwarna hijau yang terlihat gagah dan mengkilap. Orang itu adalah seorang lelaki berbadan tegap dan berambut hitam dengan jambul yang terlihat mencolok, dia mendekati Dragon sambil terus sibuk merapikan jambulnya yang klimis tersebut.

   Dia berbicara kepada Dragon. “Apakah kau tidak melihat tanda peringatan yang tersebar di sekitar wilayah Tebing ini? Dasar penyusup!”

   “Oh, tanda peringatan itu. Kupikir hanya omong kosong.” Dragon merasa bahwa dirinya tidak bersalah sama sekali. Lalu tiba-tiba mereka semua langsung mendekatkan ujung tombaknya lagi ke wajah Dragon, sehingga Dragon segera tutup mulut kembali.

   Dengan menunjukan ekspresi wajah yang semakin marah, pimpinan berjambul klimis itu langsung memerintahkan para anak buahnya untuk mengangkat dan membawa Dragon secara paksa. Tentu saja Dragon sedang dalam kondisi kurang menguntungkan, sehingga dia tidak dapat memberikan perlawanan kepada mereka.

   Tak lama kemudian, Dragon dibawa secara paksa dengan keadaan tangan dan kaki yang telah terikat. Sedangkan pedang, kantung serta tali ajaibnya dibawa oleh salah satu prajurit yang mengikutinya dari belakang. Walau sekeras apapun Dragon berontak, dia tetap tidak bisa melepaskan dirinya dari para prajurit tersebut. Mau tak mau dia harus ikut dengan mereka semua melintasi sebuah padang rumput yang cukup luas dan memasuki kawasan yang dipenuhi oleh jajaran pohon pinus. Suasana di sana cukup teduh dan asri.

   Dari kejauhan, Dragon melihat adanya sebuah Kastil di tengah-tengah hutan pinus tersebut. Dia masih belum percaya bahwa ada tempat seperti ini di atas Tebing yang telah dinaikinya. Sebuah padang rumput, hutan pinus, dan Kastil yang berdiri kokoh, hal itu membuat Dragon sedikit tertegun dan terkesima.



Kastil megah yang berada di dalam hutan, di puncak Tebing utara.


   Para Prajurit itu membawa Dragon masuk ke dalam Kastil tersebut, dia diseret sampai ke sebuah ruangan aula yang cukup megah dan luas, tengkorak dari kepala monster-monster buas terpajang di dinding ruangan itu, serta ada juga beberapa barang antik lainnya. Disana juga terdapat sebuah kursi singgasana yang dihiasi oleh kain hijau yang terumbai di atasnya.

   Para prajurit menjatuhkan Dragon ke lantai seperti sedang membuang sebuah karung berisi sampah. “Hey, apa kalian tidak bisa pelan-pelan?!” Dragon berteriak memarahi mereka, tapi mereka tidak mempedulikannya.

   Disana ada seorang pria yang sedang berdiri sambil menyandarkan punggungnya pada sebuah tiang. Pria itu terlihat cukup menyeramkan, dia juga mengenakan pakaian yang sama seperti para prajurit yang telah membawa Dragon ke sana, tapi bagian leher sampai ke mulutnya dibalut oleh perban, kedua telapak tangannya juga dibalut oleh perban.

   Lalu Pria itu datang menghampiri Dragon yang sedang rebahan di lantai dalam keadaan tangan dan kaki yang terikat, dan ketika dia sedang mendekat, kemudian orang dengan jambul yang terlihat mencolok di samping Dragon mulai berbicara kepada pria yang sedang berjalan mendekati Dragon tersebut.

   “Lihat siapa yang kubawa ini Krypt.”

   “Kau membawa tangkapan yang bagus kali ini, Mailon.” Ucap pria perban yang sedang mendekat itu.



Mailon dan Krypt berdiri di dekat Dragon yang sedang dalam keadaan terikat.


   Nama dari orang yang membawa Dragon ke dalam Kastil dan mempunyai jambul yang mencolok itu rupanya adalah Mailon, sedangkan nama dari orang menyeramkan yang tangan serta mulutnya ditutupi oleh perban itu adalah Krypt.

   Krypt minta pada salah satu prajurit yang ada disana untuk menyerahkan pedang milik Dragon kepadanya, setelah itu dia memeriksa setiap lekukan dari pedang tersebut dengan perasaan terpukau, katanya baru kali ini dia melihat senjata yang sebagus ini, di dalamnya pasti mengandung sebuah kekuatan yang sangat besar, maka dari itu dia jadi sangat menginginkannya,

   Tapi kemudian dengan beberapa prajurit yang memegangi tubuhnya, Dragon mengamuk sambil berteriak-teriak memaki Krypt supaya tidak menyentuh pedang miliknya tersebut. Bahkan Dragon juga menyuruh Krypt untuk menjauhkan tangannya dari pedang itu. Sontak saja Krypt langsung memukul perut Dragon hingga dia berhenti berontak.

   Lalu Krypt berkata, “Kau seharusnya lebih sopan ketika berbicara dengan Tuan rumah... Oh iya, aku dan Mailon bukanlah Tuan rumah dari Kastil ini. Tuan rumah yang sesungguhnya akan segera menemuimu sebentar lagi.”

   “Awas saja jika kau tidak menjaga ucapanmu di hadapan Tuan kami!” Ucap Mailon memperingatkan Dragon.

   Sepertinya Mailon dan Krypt sangat menghormati orang yang merupakan Tuan mereka tersebut. Lalu mulai terdengar suara langkah kaki seseorang dari sebuah lorong yang ada di ruangan itu. Semua orang yang ada disana seakan terhenyak, ketika melihat kehadiran sosok Tuan rumah sekaligus pemilik Kastil tersebut, yang berjalan menghampiri kursi singgasana seakan-akan tidak ada siapapun yang sedang melihatnya, kemudian dia menduduki kursi tersebut dan segera menyadari keberadaan dari orang-orang yang sedang berada disana, maka dia segera berkata, “Oh, ternyata kita kedatangan tamu.”



Sosok Stellan Flaur.


   Mailon, Krypt dan para prajurit lainnya segera berlutut sambil menghadap ke arah orang tersebut, dia mengenakan jubah tudung yang menutupi hampir seluruh bagian kepalanya, sedangkan wajahnya ditutupi oleh sebuah topeng.

   Dragon menatapnya dengan perasaan sedikit cemas, dia menanti apa yang selanjutnya akan terjadi kepada dirinya, tapi dia berusaha untuk meneguhkan hatinya dan akan menghadapi apapun yang akan terjadi. Dengan tatapan yang tajam, Dragon terus memperhatikan orang yang sedang duduk di kursi singgasana tersebut.

   Kemudian orang itu mulai berbicara kepada Dragon, “Maaf karena sepertinya para anak buahku tidak memperlakukanmu dengan baik.”

   “Jika kau mau minta maaf, maka lepaskanlah aku dari sini.” Ucap Dragon menjawab perkataan dari orang tersebut.

   “Dasar kau!” Mailon akan menghajar Dragon, tapi tiba-tiba dia ditegur oleh Tuannya, sehingga Mailon segera berhenti dan kembali berlutut.

   “Namaku adalah Stellan Flaur, aku lebih dikenal sebagai Penyihir dari Tebing utara. Seluruh wilayah yang ada di dekat Tebing ini adalah daerah kekuasaanku, dan tanda peringatan yang tersebar di seluruh wilayah tersebut sudah sangat jelas bahwa tidak ada yang boleh menginjakan kaki di sekitar Tebing ini. Bagi yang melanggar maka akan mendapatkan sebuah hukuman yang mutlak dariku.” Kata sang Penyihir tersebut kepada Dragon.

   “Hukuman yang seperti apa?” Tanya Dragon.

   “Kau harus bekerja padaku untuk selamanya.” Ucap Penyihir itu dengan singkat.

   “Apa kau sedang bercanda?” Tanya Dragon yang terlihat tidak terima atas pernyataan tersebut.

   “Aku bukanlah seseorang yang suka bercanda, itu akan menodai reputasiku ... Bagaimanapun juga, aku ini adalah salah satu anggota dari kelompok Emperors unity.” Ucapan tambahan yang dilontarkan dari mulut Flaur tersebut, sontak membuat Dragon menjadi sangat terkejut, sehingga mulutnya hanya menganga dan tidak dapat mengatakan apa-apa lagi.

   Niat yang awalnya hanya untuk mencari keberadaan Night crow ke atas Tebing utara, tapi malah harus tertangkap oleh para anak buah Penyihir sekaligus penghuni dari puncak Tebing tersebut, ditambah lagi Penyihir itu mengaku bahwa dirinya adalah salah satu anggota dari kelompok Emperors unity, yang berarti dia juga pasti adalah orang yang sangat kuat, dan memiliki koneksi terhadap Night crow, bahkan mungkin juga terhadap Gold one.

   Kini Dragon harus dihadapkan dengan takdir yang lain, Yakni dia harus bekerja di dalam Kastil milik Penyihir bernama Stellan Flaur, karena telah memasuki wilayah kekuasaannya tanpa ijin. Dan waktu yang harus dia jalani untuk bekerja di dalam Kastil tersebut adalah selama-lamanya.

   Setelah sempat terdiam sejenak karena Flaur sudah mengatakan sesuatu yang sangat mengejutkan kepada dirinya, kemudian Dragon mulai berbicara lagi kepada pemilik Kastil tempatnya sedang disekap tersebut. “Aku tidak percaya kepadamu. Apa buktinya bahwa kau adalah anggota dari Emperors unity?” Dragon mengutarakan keraguannya kepada Flaur.

   “Apakah aku harus berlari ke seluruh penjuru Negeri Azhuloth sambil berteriak memberitahu semua orang bahwa aku ini adalah anggota baru dari kelompok Emperors unity? Aku baru bergabung secara resmi sekitar satu tahun yang lalu, dan belum banyak orang yang mengenalku, tapi suatu hari pasti aku akan dikenal juga oleh banyak orang ... Nah, sekarang giliranku bertanya padamu, apa maksud dan tujuanmu datang kesini?” Tanya Flaur kepada Dragon.

   “Aku datang ke Tebing ini untuk mencari keberadaan Night crow ... Aku mendengar kabar bahwa dia pernah datang kesini, apakah dia masih berada disini? Jika ada, pertemukanlah aku dengannya.” Ucap Dragon.

   Lalu Mailon menyela ucapan dari Dragon tersebut. “Heh, apa yang kau katakan? Kau tidak punya wewenang untuk meminta apapun disini.”

   Kemudian Flaur terdiam sejenak sambil mengusap dagunya, lalu dia berkata, “Hmm... Night crow. Dia memang pernah berkunjung kesini sekitar satu bulan yang lalu, tetapi hanya sebentar.”

   “Mau apa dia datang kesini?” Dragon mengajukan lagi pertanyaan kepada Flaur.

   “Dia datang menemuiku hanya untuk urusan pekerjaan.”

   “Katakan dimana dia sekarang!” Dragon berteriak karena emosinya meluap setelah mendengar bahwa Night crow pernah datang kesana, itu artinya Flaur tahu kemana selanjutnya Night crow pergi. Tapi seketika itu juga, setelah Dragon berteriak, Krypt menendang belakang kaki Dragon, sehingga Dragon jatuh dalam posisi berlutut.

   “Lancang sekali kau!” Ucap Mailon.

   Flaur mulai mencondongkan wajahnya ke arah Dragon, lalu dia berkata. “Kau boleh berteriak ataupun mengamuk sesuka hatimu disini, atas dasar keinginanmu yang sangat kuat untuk bisa bertemu dengan Night crow. Tapi ingat satu hal, ini adalah Kastilku, wilayahku, dan kau telah berani memasukinya tanpa ijin. Itu semua sudah cukup menjadi alasan bagi anak buahku untuk dapat membunuhmu sekarang juga, tapi mereka memberimu kesempatan untuk berbincang denganku, jadi aku sarankan sebaiknya kau menjaga sikap.” Ucap Flaur dengan nada yang sedikit tegas.

   Dragon hanya terdiam mendengarkan kata-kata tersebut, lalu Flaur mulai melanjutkan perkataannya kembali. “Sekarang jawab pertanyaanku ini. Aku mau tahu, mengapa kau sangat ingin bertemu dengan Night crow?”

   Dragon segera menjawab pertanyaan tersebut, yang kemudian disusul oleh dua pertanyaan. “Dia adalah orang yang telah membunuh guruku, aku ingin membalas dendam kepadanya ... Emosiku mulai meluap, karena sekarang ini aku sedang merasa kebingungan. Apakah aku masih punya kesempatan untuk dapat bertemu dengannya? Ataukah aku akan membusuk di tempat ini?”

   Lalu Flaur sedikit mengeluarkan suara tawa dan terdiam sejenak seakan sedang memikirkan sesuatu. Kemudian dia mengangguk, menandakan bahwa dia memahami tujuan Dragon serta maksud dari pertanyaan tersebut. Flaur membayangkan perjalanan yang telah Dragon lalui, hingga dia bisa sampai kemari. Tentang setiap peringatan yang telah diacuhkan oleh Dragon mengenai tempat ini, dan emosinya yang meningkat ketika mereka sedang membicarakan Night crow. Semua itu Dragon lakukan supaya bisa bertemu dengan Night crow. Maka dari itu, Flaur berpikir mungkin dia dapat memanfaatkan hal tersebut untuk keuntungannya.

   “Begini saja, Aku telah mengakui kemampuanmu. Karena pasti kau telah menempuh berbagai macam kesulitan supaya bisa sampai kesini demi bertemu dengan Night crow, namun sekarang dia sudah tidak berada disini lagi. Dia sudah pergi ke tempat lain... Dan aku dengan senang hati akan memberitahumu, tentang tempat dimana Night crow sedang berada.” Ucap Flaur kepada Dragon.

   “Benarkah?” Dragon terlihat senang sekali mendengar hal tersebut.

   “Tapi ada syaratnya. Mari kita buat suatu kesepakatan.” Flaur memberikan sebuah penawaran kepada Dragon. Sepertinya dia akan memerintahkan Dragon untuk melakukan sesuatu yang berbahaya, demi kepentingan dirinya, dan sebagai imbalan dari jasa Dragon tersebut, maka Flaur akan memberitahu dimana keberadaan Night crow. Apakah Dragon akan menerima penawaran tersebut?



Bersambung. . .

Chapter selanjutnya : Journey of the Dragon Chapter 3


Chapter sebelumnya : Journey of the Dragon Chapter 1


poin-poin penting cerita :

  • Gunjo memberikan informasi kepada Dragon mengenai Tebing utara, yakni tempat yang sedag dituju oleh Night crow.
  • Dragon punya tali ajaib yang dapat membantunya untuk memanjat tebing yang sangat tinggi itu
  • Diatas tebing, Dragon disambut oleh tombak yang disodorkan orang-orang berpakaian prajurit, lalu Dragon dibawa ke dalam sebuah Kastil yang terdapat di dalam hutan diatas Tebing tersebut.
  • Di dalam Kastil itu ada dua orang pemimpin pasukan bernama Krypt dan Mailon, yang memperlakukan Dragon dengan buruk.
  • Pemilik Kastil tersebut adalah seorang penyihir yang sangat dihormati juga ditakuti oleh seluruh anak buahnya. Namanya adalah Stellan Flaur.
  • Flaur mengaku bahwa dirinya adalah salah satu anggota dari Emperors unity, dan dia bilang kepada Dragon bahwa dirinya tahu dimana Night crow berada saat ini.
  • Flaur memberikan sebuah penawaran kepada Dragon. Yakni jika Dragon ingin mengetahui dimana Night crow berada, maka dia harus memenuhi syarat yang akan diberikan oleh Flaur, terlebih dahulu.

No comments:

Post a Comment